Sekitar 10 bulan yang lalu pembuat keris asal Sukoharjo, Jateng, Empu Totok Brojodiningrat, berkesempatan mengunjungi Museum Volkenkunde di Leiden, Belanda. Dia melihat, memegang, dan mengamati langsung sebuah keris yang diyakini sebagai peninggalan Pangeran Diponegoro. Dia juga sempat mengabadikan wujudnya dalam beberapa foto.
Saat itu, Empu Basuki Teguh Yuwono dan Empu Totok Brojodiningrat didatangkan ke Belanda untuk melihat langsung keris tersebut, sebagai praktisi keris dari Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI).
Verifikator keris Diponegoro, Sri Margana, memang mengatakan bahwa penelitian terkait keris tersebut sudah lama dilakukan. Selain Margana, ada empat peneliti dan satu tim verifikator dari Wina Austria yang turut serta mencermati benda pusaka ini. Ada pula dua empu asal Indonesia yang didatangkan ke Belanda untuk memeriksa keris itu.
Totok menyampaikan bahwa saat itu ada tiga bilah keris yang dia lihat. Sejak awal dia melihat keris yang sekarang telah dikembalikan tersebut memang sudah memperlihatkan tampilan yang mengesankan.
Namun dia mempunyai penilaian lain dibanding sebagian besar pakar dan ahli keris yang menyebut bahwa keris tersebut memiliki dhapur nagasasra.
Pendiri Padepokan Brojodiningrat di Sukoharjo itu menyebut dhapur keris yang diserahkan oleh Belanda ke Indonesia itu berjenis dhapur nagaraja, tangguh (masa pembuatan) Mataram Sultan Agung. Perihal dhapur, Totok berpegang pada ciri khusus pada kuluk atau mahkota yang ada di perwujudan kepala naga.
"Kalau kuluk pogog seperti Adhipati Karna itu nagasasra. Kalau kuluk kanigara seperti Batara Kresna atau Baladewa itu (dhapur) nagaraja. Yang saya pegang itu kuluk kanigara. Tapi dalam perkembangannya selalu disebut Nagasasra terus, ya sumangga (silakan), saya juga harus menghormati pendapat itu," kata Totok kepada detikcom usai dialog perkerisan Brotosuro di Solo, Selasa (10/3/2020) malam.
Totok lalu menunjukkan foto saat dia memegang keris tersebut dan foto-foto hasil jepretannya terhadap bilah keris tersebut. Ada foto nampak utuh seluruh bagian, ada pula yang hanya di bagian penting terutama di bagian kamarogan yaitu bagian hiasan yang diberi lapisan emas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya penampakan keris Diponegoro jepretan Empu Totok...
Simak Juga Video "Raja Belanda Serahkan Keris Pangeran Diponegoro ke Jokowi"
Namun Totok tak berkomentar lebih jauh tentang polemik apakah keris tersebut asli milik Diponegoro atau bukan. Dia hanya memastikan bahwa keris tersebut keris kuno. Dhapur keris memang bukan naga siluman. Namun dia mengatakan bahwa bisa jadi nama itu diberikan sebagai sebutan keris, bukan mengacu pada dhapur.
"Bisa saja sebenarnya itu (dhapur) nagaraja tapi punya karena pengalaman yang ampuh, misalnya bisa menyelamatkan dari kepungan, supaya tidak kelihatan dari musuh, ya bisa saja keris itu dinamakan Naga Siluman. Seperti saya juga, keris ini kok berbeda dengan yang lainnya, saya beri nama ki apa, kiai apa," ujarnya.
![]() |
Namun Totok mengaku enggan memperpanjang perdebatan tersebut. Dia mengajak semua pihak mengambil sisi positif dari kembalinya artefak kuno Indonesia yang ratusan tahun disimpan di Belanda.
"Saya sendiri tidak melihat itu sebagai keris peninggalan Diponegoro, tetapi lebih pada artefak. Banyak keris pahlawan yang ada di situ. Apapun, ambil positifnya saja, yang penting artefak kita bisa kembali," ungkap dia.
Demikian juga tentang klaim Sri Margana yang mengatakan bahwa ada ornamen ukiran hewan di bagian wuwungan gonja yang semula diperkirakan adalah gambar gajah dan singa. Namun setelah diperhatikan seksama ternyata adalah gambar naga siluman Jawa, karena itulah diyakini bahwa keris tersebut adalah keris Kiai Naga Siluman milik Diponegoro.
Selanjutnya masih ada jepretan lebih dekat soal keris Diponegoro..
Ketika dikonfirmasi mengenai hal tersebut, lagi-lagi Totok berkilah tidak ingin memperpanjang polemik soal keaslian keris tersebut. Dia juga mengaku tidak mengambil gambar atau foto di bagian wuwungan gonja keris.
"Tidak ada yang spesial, (bagian itu) ya seperti keris-keris (dhapur) naga pada umumnya. Karena itulah tidak menjadi prioritas saya untuk mengamati dengan seksama," ujarnya.
![]() |
Totok mengaku enggan memperpanjang perdebatan tersebut. Dia mengajak semua pihak mengambil sisi positif dari kembalinya artefak kuno Indonesia yang ratusan tahun disimpan di Belanda.
"Saya sendiri tidak melihat itu sebagai keris peninggalan Diponegoro, tetapi lebih pada artefak. Banyak keris pahlawan yang ada di situ. Apapun, ambil positifnya saja, yang penting artefak kita bisa kembali," ungkap dia.