Warga Desa Bontomanurung, Tompobulu, Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel), harus menyeberangi aliran sungai deras untuk tiba di seberang karena tidak ada jembatan. Padahal jembatan di sungai tersebut penting bagi warga.
Lokasinya hanya berjarak sekitar 35 kilometer dari Kota Makassar, ibu kota Sulsel. Sekitar 1.300 warga Desa Bontomanurung harus menyeberangi sungai berarus deras.
Salah satu pejabat yang pernah merasakan kesulitan menyeberang adalah Wakil Ketua DPRD Sulsel Muzayyin Arif. Dia menyeberangi sungai dari Dusun Makmur, Desa Bontomanurung, ke Dusun Sejahtera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya datang silaturahim memenuhi undangan warga Dusun Makmur. Karena sungai meluap, kami menunggu hingga malam hari, terpaksa kami menginap di rumah warga, esok paginya baru kami bisa menyeberangi sungai, meskipun arusnya sangat deras," ujarnya kepada wartawan, Sabtu (7/3/2020).
Anggota Fraksi PKS DPRD Sulsel itu menyebutkan jumlah warga Dusun Makmur lebih dari 200 orang, yang menggantungkan hidup dari pertanian dan perkebunan. Selain itu, di Dusun Makmur belum ada bangunan sekolah sehingga anak-anak usia SD terpaksa belajar di bawah kolong rumah warga, yang diajar oleh relawan guru dari luar.
"Sebelumnya saya pernah ke dusun ini naik sepeda motor, tapi harus menyusuri lereng gunung yang terjal dan mendaki selama satu setengah jam," ujarnya.
Rencananya, setelah mengunjungi Desa Bontomanurung, ia segera melapor ke Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah untuk dianalisis apakah pembangunan jembatan merupakan domain Pemprov ataukah Pemkab Maros.
"Jika belum sempat mendapat perhatian pemerintah provinsi, saya akan mengajak masyarakat umum lewat gerakan wakaf untuk membangun jembatan. Saya membayangkan, anak-anak desa harus bertaruh nyawa setiap pagi ketika pergi sekolah. Bagaimana kalau ada keluarga yang sakit. Atau saat seorang ibu hamil akan melahirkan," pungkas Muzayyin, yang juga pembina Ponpes Darul Istiqamah, Maros.