Twitter dan Facebook telah menutup sedikitnya 80 akun yang selama ini menjalankan propaganda Indonesia tentang Papua. Akun-akun tersebut diduga terkait dengan sejumlah situs berita yang mempublikasikan propaganda pro-pemerintah Indonesia.
Penutupan ini dilakukan setelah kantor berita Reuters menemukan ada sekitar 10 situs yang menerbitkan konten yang mendukung tindakan TNI dan polisi dalam menumpas gerakan separatis di provinsi Papua.
Sejumlah situs yang pro-pemerintah RI itu diketahui dikelola dan didanai oleh TNI, dengan berkedok sebagai sumber berita independen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
November tahun lalu, bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, Kolonel Muhammad Aidi, penasihat intelijen Kopassus pernah memberikan penghargaan kepada Yunanto Nugroho, seorang perwira TNI yang juga bertugas mengkoordinir situs-stits tersebut.
Ia mengatakan Yunanto sebagai seorang operator komputer militer telah membantu membuat dan mengelola banyak situs berita, sebagai bagian dari "upaya militer" dengan bermitra bersama relawan dari kalangan non-militer, termasuk beberapa wartawan.
"Situs resmi TNI tidak dapat mempublikasikan semua yang kita lakukan, jadi ada beberapa kantor berita yang telah mendukung kami melaporkan berita positif, serta melawan situs negatif, atau berita-berita palsu," katanya.
Beberapa diantara akun-akun tersebut menggunakan foto profil atau animasi seolah sebagai warga Papua atau aktivis "Papua Merdeka".
Akun-akun ini tidak hanya memuji pendekatan TNI untuk "mengatasi masalah seperatisme", tapi juga mengkritik para pendukung Referendum Papua.
Twitter mengaku menutup lebih dari 60 akun yang tampaknya menggunakan identitas palsu.
Saat akun-akun tersebut dicoba untuk diakses, muncul tulisan "Akun Ditutup. Twitter menutup akun yang melanggar ketentuan Twitter".
Tapi juru bicara Twitter menolak menjelaskan alasan penutupan tersebut.
Sementara itu, juru bicara Facebook menyatakan, pihaknya telah menutup "sejumlah akun" yang ditandai dilaporkan Reuters.
Alasan penutupan itu, katanya, karena melanggar standar komunitas Facebook.
Oktober tahun lalu, Facebook juga menutup akun-akun palsu yang memposting konten tentang gerakan Papua Merdeka.
Pihak militer Indonesia yang dihubungi belum memberikan tanggapan.
Simak berita-berita menarik lainnya dari ABC Indonesia.
(ita/ita)