World Health Organization (WHO) meningkatkan kesiagaan level risiko penularan dan risiko dampak dari virus corona (COVID-19) untuk skala global menjadi sangat tinggi. Hal itu menyusul menyebarnya virus tersebut ke Sub-Sahara Afrika dan merosotnya pasar keuangan.
Dilansir AFP, Sabtu (29/2/2020), virus corona telah meraja lela ke seluruh dunia selama sepekan terakhir dan muncul di setiap benua kecuali Antartika. Virus itu bahkan mendorong banyak pemerintah dan bisnis untuk mencoba menghentikan orang dari bepergian atau berkumpul di tempat-tempat ramai.
Virus corona saat ini juga telah menewaskan lebih dari 2.800 orang dan menginfeksi lebih dari 84.000 orang -- yang mayoritas berada di China -- sejak kemunculannya di pasar hewan di pusat Kota Wuhan di China pada akhir Desember.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi penyebarannya yang cepat ke zona-zona baru itulah yang menjadi perhatian pihak berwenang. Dalam 24 jam terakhir, virus tersebut telah mempengaruhi sembilan negara baru, dari Azerbaijan ke Meksiko ke Selandia Baru.
"Kami sekarang telah meningkatkan penilaian kami tentang risiko penyebaran dan risiko dampak COVID-19 hingga sangat tinggi di tingkat global," kata Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan.
"Kami belum melihat bukti bahwa virus tersebut menyebar bebas di komunitas. Selama itu masalahnya, kami masih memiliki peluang untuk mengandung virus ini," imbuhnya.
Tonton video Pulang dari Iran, Warga Selandia Baru Terinfeksi Corona:
Akibat dari merebaknya virus tersebut, investor globar berlari ketakutan, dengan pasar dunia merasakan minggu terburuk mereka sejak krisis keuangan 2008.
Ketua Federal Reserve AS, Jerome Powell, mengatakan Bank Sentral siap untuk melakukan intervensi jika diperlukan, mengingat risiko 'berkembang' untuk ekonomi terbesar di dunia yang ditimbulkan oleh wabah mematikan.
Bahkan, langkah-langkah drastis baru diberlakukan: Swiss membatalkan semua pertemuan lebih dari 1.000 orang, dan Arab Saudi melarang warga Teluk dari kota suci Mekah dan Madinah.
"Ini bukan saatnya untuk panik. Ini saatnya untuk bersiap-siap sepenuhnya," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.