Nelayan berharap pengerukan sedimen yang berada di dasar muara Palawangan Majingklak bisa dilakukan secara tuntas. Hal itu supaya nelayan bisa tetap melaut dengan aman meski kondisi air sedang surut.
"Kalau endapannya dikeruk, kami melaut jadi aman tanpa khawatir kandas. Terus jika muara sudah dalam lagi, perahu-perahu besar bisa masuk lagi seperti dulu," kata Suwandi salah seorang warga Majingklak, Sabtu (22/2/2020).
Selain itu pengerukan sedimen juga penting untuk aktivitas pelabuhan penyeberangan Majingklak - Kampung Laut, penyeberangan yang mengangkut penumpang dari Pangandaran ke Cilacap. "Tahun 2019 lalu sudah ada pengerukan, tapi sepertinya belum maksimal. Itu kapal dan alat beratnya masih ada," kata Suwandi.
Kondisi muara yang dangkal juga membuat potensi banjir jadi meningkat. Pendangkalan membuat daya tampung sungai atau muara menjadi berkurang.
Dihubungi terpisah Kepala Satker OP SDA Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy Sugeng Harianto mengatakan pengerukan sungai Citanduy hingga ke muara Palawangan Majingklak sudah dilakukan secara bertahap sejak tahun 2017 lalu. Di tahun 2020 ini pun, pengerukan sedimen akan kembali dilaksanakan pada bulan Maret atau April mendatang.
Sugeng mengatakan pihaknya telah menyusun peta skema jalur yang dikeruk, ploting disposal terkait kondisi sedimen dari sungai Citanduy. "Rencana pengerukan sedimen muara sungai Citanduy hingga ke Palawangan sepanjang 4,5 km dengan volume sebesar 450.000 meter kubik," kata Sugeng.
Lanjut Sugeng, untuk target pengerukan pada tahun 2019 dikerjakan sepanjang 1.200 meter dengan volume 120.000 meter kubik. "Lumpur sedimen kita buang ke pinggir untuk pembuatan tanggul atau geotex, sesuai hasil kesepakatan dengan masyarakat," ujarnya.
Sugeng menjelaskan hasil pekerjaan dari tahun 2017 sampai 2019 bervariasi. Progres pengerukan sedimen dan volume tampungan disposal tahun 2017 dari rencana 60.000 m3 hanya terealisasi 45.000 m3, tahun 2018 rencana 80.000 m3 terealisasi 74.695 m3, tahun 2019 rencana 120.000 m3 terealisasi 79.435 m3.
"Target tidak tercapai secara maksimal dikarenakan berbagai hambatan, kondisi pasang surut, dimana kapal dredger (pengeruk) hanya bisa kerja pada saat pasang serta banyaknya sampah yang menyebabkan alat sering rusak dan membutuhkan perawatan," jelas Sugeng.
BBWS Citanduy memprediksi sedimen yang mengendap dibawa sungai Citanduy dan mengendap di muara mencapai 700.000 m3 per tahun. Sehingga perlu dilakukan pengerukan sedimen secara rutin. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini