"Nyadong" Berkah Doa Gus Mus
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

"Nyadong" Berkah Doa Gus Mus

Kamis, 20 Feb 2020 11:04 WIB
Agus Maftuh Abegebriel
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Agus Maftuh Abegebriel
Agus Maftuh Abegebriel (Ilustrasi: Mindra Purnomo/detikcom)
Jakarta - Hari Selasa 18 Februari 2020, di Mekah, alhamdulillah saya bersama anak saya Gebriel Hammada Rabbic Reynova berkesempatan sowan guru saya yang sangat "nyegara" ilmunya, KH Mustofa Bisri Mustofa alias Gus Mus.

Sowan saya ke beliau hanya dengan satu tujuan yaitu ngalap berkah nyadong doa agar tugas-tugas saya sebagai seorang santri yang kebetulan mendapatkan amanah sebagai pelayan WNI di Kerajaan Arab Saudi ini diberikan kelancaran oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Lebih-lebih menjelang selesainya khidmah saya untuk NKRI dan WNI di negeri tempat turunnya wahyu ini.

Sebelum bertugas Maret 2016, saya juga minta bekal doa Gus Mus di ndalem-nya ,Leteh Rembang dalam rangka mempersiapkan huge equity, modal besar, dalam tugas diplomatik yang harus di-back up oleh doa-doa para masyayikh termasuk doa khusus Mbah Maemoen Zubair yang sering menyapa Gus Mus dengan panggilan Paklik Mus.

Saya juga sangat bergembira bisa bertemu intelektual progresif Kiai Gus Ulil Abshar Abdalla dan Ning Ienas Tsuroiya dan sempat diskusi tentang konstruksi proyek besar Islam Wasatiy gagasan Sang Putra Mahkota Sayyidus Syabab Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud (MBS).

Saya sampaikan juga ke Gus Ulil bahwa Raja Salman dan MBS pada 2018 pernah menganugerahkan kepada Indonesia sebagai tamu kehormatan untuk memamerkan khazanah budayanya selama satu bulan di Arab Saudi dengan mendatangkan 600 pekerja seni dari Indonesia termasuk musik dan tarian kolosal Salawat Badar khas Indonesia di panggung Festival Budaya Janadriyah ke-33.

Arab Saudi menyebut perhelatan tersebut sebagai diplomasi budaya terbesar abad ke-21 dan bentuk nyata dari dialog antar-peradaban.

Ada satu pesan dalam puisi Gus Mus yang selalu terpatri dalam memori saya. Puisi berjudul Allahu Akbar itu pada 2009 pernah saya narasikan dalam edisi bahasa Inggris dalam forum akademik "Sufism and Peace" di Islamabad Pakistan.

Pesan dahsyat Gus Mus sebagai berikut:

Seeing your brutality, I believe
You have never seen Allah Ar-Rahman
The merciful for all

How could you dare of claiming His behalf
When you arrogantly crash and attack those
who are looking for His way?
If they really deserve the hell
Why don't you leave God punishes them
When did you get the mandate from Him to punish and condemn them?

Allah Akbar!
Syirk is the biggest sin
And the biggest syirk
Is associating Him with other
As you are self-worshipping
Deifying yourself
By absolutizing your own truth
La ilah illallah

Pesan nan dalam ini mengingatkan kepada kita untuk jangan sekali-kali menciptakan tuhan-tuhan kecil atau bahkan menuhankan diri dengan mengabsolutkan diri kita sendiri.

Matur suwun wejangan-nya, Gus!

Agus Maftuh Abegebriel Dubes RI untuk Arab Saudi dan Wakil Tetap RI untuk OKI

(mmu/mmu)




Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads