Bandung -
Kota Bandung dikenal sebagai kota metropolitan di Jawa Barat, geliat warga nyaris tak pernah padam di kota berjuluk Paris van Java ini. Namun, di balik gemerlapnya Bandung, ada sudut-sudut gelap yang menyimpan misteri.
Salah satunya misteri yang menyelimuti patung Pastor Verbraak di Taman Maluku. Banyak yang percaya jika pastor Katolik itu tewas dalam kecelakaan pesawat dan jasadnya dikuburkan di bawah monumen patungnya.
Riwayat singkat Pastor Verbraak. (Foto: Yudha Maulana/ddtikcom) |
Para pecinta urban legend tentu pernah mendengar kisah seram seputar patung setinggi empat meter ini. Konon, mata patung akan mengikuti siapa saja yang berjalan di dekatnya, terutama di malam hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah lain yang tak kalah seram, patung tersebut akan mengangguk-angguk tiap kali lonceng katedral berdentang. Halaman buku yang dipegang patung akan berubah setiap harinya.
Yang lebih mistis, patung pastor tersebut akan bergerak turun dan berjalan-jalan di gelapnya Taman Maluku saat malam hari. Tak hanya itu, di sekitar patung juga terkadang muncul sosok raksasa dan wanita berbaju merah.
Benarkah demikian?
Hujan rintik turun saat detikcom melihat patung Verbraak bersama sekelompok enthusiast urban legend di Kota Bandung, belum lama ini. Menjelang tengah malam, Ariyono Wahyu W, pegiat Komunitas Aleut, menceritakan asal muasal patung tersebut.
Menurutnya, cerita Verbraak yang dikubur di bawah monumennya ialah cerita tak berdasar. Pasalnya, pastor yang bernama lengkap Hendricus Christiian Verbraak itu tak pernah sekalipun menginjak Kota Bandung!
Foto: Yudha Maulana |
Verbraak merupakan pria berkebangsaan Belanda yang lahir pada 28 Maret 1835. Awalnya, Verbraak mengawali kariernya sebagai pedagang, lalu beralih profesi menjadi seorang pastor. Ia ditugaskan ke Padang, pada 1872.
"Baru pada 1874, ia dikirimkan ke Aceh dan menjalankan pelayanan hingga 1907, tahun itu tertulis dalam monumennya," kata Ariyono kepada detikcom.
Tak hanya memberikan hiburan dan siraman rohani kepada para prajurit di medan perang, Verbraak juga dikenal sangat perhatian kepada anak-anak di panti asuhan. Ia mencarikan orang tua angkat bagi anak-anak tak terurus itu.
Kepedulian pastor Verbraak kepada anak-anak ini membuatnya dicintai semua orang. "Saking disayangnya, Verbraak mendapatkan penyambutan khusus bila berkunjung ke satu tempat, ia dikawal oleh seorang sersan," ujar Ariyono.
Fonderie Nationale des bronzes, nama perusahaan perunggu yang cetak patung Verbraak. Patung itu dibuat oleh GJW Rueb. (Foto: Yudha Maulana/detikcom) |
Menariknya, patung penghargaan bagi Verbraak juga sempat ada di Aceh, tepatnya di Simpang Pante Pirak dan Peunayong atau Simpang Lima. Kini, patung itu sudah tidak ada lagi.
Tahun 1907, Verbraak memutuskan untuk pensiun. Penglihatannya yang memburuk akibat usia, menjadi salah satu alasan peraih penghargaan Ridder in de Orde van den Nederlandsche Leeuw (Ksatria dalam orde Singa Belanda) ini.
"Setelah pensiun Verbraak bermukim di Magelang, kota militer di Jawa Tengah, ia meninggal saat berusia 83 tahun," kata Ariyono.
Patung Pastor Verbraak (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
|
Pemerintah Kota Rotterdam pada tahun 1922 memberikan penghargaan untuk Pastor Verbraak sebagai warga kota teladan. Gagasan untuk mengenang jasa Verbraak pun tercetus oleh Dutch East Indian Army.
Mereka mengumpulkan dana dan mendirikan patung Verbraak karya seniman G.J.W Rueb di Moulukken Park (Taman Maluku) pada 27 Januari 1922. "Apa yang ada di bawah patung tersebut sekarang?, hanya ada kanal saluran air kota," ucap Ariyono.
"Jadi mitos ada jenazah dan patung bisa bergerak itu nggak benar," kata Ariyono menegaskan.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini