Berbagai peristiwa terjadi di Jabar hari ini, mulai dari pemuda di Karawang tewas akibat rebutan lem aibon hingga kontroversi budayawan Ridwan Saidi yang kali ini menyebut tak ada candi situs di Batujaya Karawang.
Pemuda Karawang Tewas Gegara Rebutan Lem Aibon
Seorang pemuda berinisial SI (17) ditemukan tewas terjerat sabuk. Korban ditemukan di gedung Sinyal Timur, Stasiun Cikampek. Ternyata korban dibunuh temannya sendiri oleh UAS alias F (19), motif dalam kejadian ini diakibatkan masalah sepele yaitu rebutan lem aibon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi menyebut, kedunya saling berteman dan dikenal sebagai anak jalanan yang kerap menghisap lem aibon. "Keduanya anak jalanan, tapi pelaku sering kelihatan mengamen di Cikampek," kata Kapolres Karawang AKBP Arif Rachman Arifin saat jumpa pers di Mapolres Karawang, Senin (17/2/2020).
Dari informasi yang digali dari pelaku, setelah mencari uang dijalanan kemudian uang tersebut dipakai korban dan pelaku untuk membeli lem aibon. Keduanya berkelahi, karena rebutan lem tersebut.
"Mereka berkelahi. Motif pembunuhan hanya masalah rebutan aibon. Jadi menurut kawan pelaku, korban dengan tersangka adalah teman sama-sama menghisap lem aibon untuk mendapat sesuatu yang enak," ungkapnya.
Untuk mengungkap kasus ini, polisi menemukan tiga botol bekas lem aibon. Botol tersebut menjadi barang bukti dan memberi petunjuk bagi pihak kepolisian. Tiga hari setelah kejadian, Polisi kemudian menangkap pelaku yang sedang teler di kolong jembatan Cikampek.
"Pelaku kami tangkap di kolong jembatan di Cikampek," tambahnya.
Dari pengakuan pelaku, Kasat Reskrim Polres Karawang AKP Bimantoro Kurniawan mengatakan, pelaku kesal, USA kemudian meninju wajah SI dengan membabi buta. Tak puas, pelaku kemudian memgambil batu dan menghantamkannya ke wajah korban. Pelaku kemudian menghantamkan batu bata ke kepala belakang korban hingga tersungkur.
"Pelaku kemudian mengambil sabuk dan menjerat leher korban menggunakan sabuk itu," ujar Bimantoro.
Akibat perbuatannya, USA dijerat undang-undang perlindungan anak dengan ancaman hukuman penjara 20 tahun.
Pinggir Tol Cipularang Km 118 Longsor Lagi
Longsor kembali terjadi di ruas Jalan Tol Cipularang KM 118+600, hal tersebut membuat warga khawatir. Longsoran dengan skala kecil dari tebing setinggi 15 meter di pinggir ruas jalan terjadi saat hujan deras mengguyur kawasan tersebut.
"Longsoran itu sebetulnya enggak berhenti dari kejadian awal, apalagi tadi pagi jam 9 itu cukup besar. Sampai-sampai terpal penutup sepanjang 10 meter ikut tertimbun di bawahnya," kata warga Kampung Hegarmanah, RT 03/04 S. Rahmat kepada detikcom.
Posisi rumah Rahmat yang berada paling dekat dengan lokasi longsor, membuatnya selalu waspada dan rutin memantau pergerakan tanah di titik longsor, terutama ketika hujan turun.
"Sebelumnya kan jarak antara longsor ke jalan tol itu hanya 7 meter. Sekarang mungkin hanya sisa 5 meter, karena terus ada pengikisan akibat longsor," ungkapnya.
Kekhawatiran lainnya adalah air dari genangan yang ada di seberang tol mengalir ke lahan sawah yang tertimbun tanah longsor sehingga kembali bergerak mendekati permukiman.
"Rawan kalau saluran yang mengalir ke warga ini tersumbat material longsor. Nanti airnya masuk ke sawah dan menyebabkan pergerakan tanah sawah. Bisa-bisa menimbun rumah saya, karena jaraknya ini hanya 1 meter," ucapnya.
Meski badan jalan tidak terdampak, Dinas Perhubungan Jawa Barat meminta para pengendara tetap berhati-hati. "Badan jalan memang tidak terganggu oleh longsoran, tapi pengendara tetap harus hati-hati karena ada pekerjaan yang dilakukan Jasa Marga, seperti bored pile," kata Kepala Dishub Jabar Hery Antasari.
Diberitakan sebelumnya, tercatat 10 rumah tertimbun longsor di Kampung Hegarmanah, RT 3 RW 4, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Selasa (11/2/2020) malam. Bukit yang longsor itu berada di pinggir Tol Purbaleunyi atau Cipularang KM 118.
Polres Cianjur Dirikan Posko Aduan Korban WO Palsu
Menyusul banyaknya, pengaduan penipuan Wedding Organizer (WO) Highleve. Polres Cianjur buka posko pengaduan, posko ini dibentuk untuk memfasilitasi para korban penipuan tersebut.
"Untuk menindaklanjuti dua laporan yang sudah masuk. Kabarnya masih ada korban yang akan melapor. Sehingga kami siapkan posko laporan," kata Kapolres Cianjur AKBP Juang Andi Priyanto di Mapolres Cianjur.
Ia mengungkapkan, dari dua laporan yang sudah masuk korban mengalami kerugian masing-masing, sekitar Rp 30 juta dan Rp 50 juta. Berdasarkan laporan itu, pihaknya sudah melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan menerjunkan tim khusus (timsus).
"Sedang kami dalami, Timsus sudah dibentuk. Makanya kami imbau agar warga yang menjadi korban untuk juga turut melapor ke posko laporan Polres Cianjur," ungkapnya.
Salah satu korban, Gelar Jagat Raya (24) mengatakan, ia mengaku tergiur dengan promo yang dijanjikan WO tersebut.
"Saya tahu awalnya dari media sosial, dilihat dari posting-annya memang menarik. Dekorasinya bagus. Saat ditanya harganya pun cukup murah, dan dia juga menawarkan diskon," ujarnya.
Gelar awalnya berkomunikasi dengan pemilik WO Highlevel, inisial BJM. Waktu itu, BJM menawarkan diskon kalau Gelar segera melunasi biaya. Sayangnya, setelah uang pembayaran lunas, pemilik WO sulit dihubungi hingga akhirnya hilang kontak saat beberapa hari menjelang hari pernikahan.
"Saat dicek pun di gedung pernikahan tidak ada apa-apa, hanya ada papan sebagai latar belakang dari kursi pelaminan," ujar Gelar.
Banjir Terjang berbagai Daerah di Jabar
Bencana banjir menerjang sejumlah daerah di Jawa Barat. Banjir itu terjadi di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cirebon hingga Tasikmalaya.
Hujan yang terus mengguyur wilayah Bandung Raya membuat aliran Sungai Citarum meluap dan merendam pemukiman. Akibatnya aktivitas terganggu, salah satunya aktivitas belajar SDN Bojongasih, Kecamatan Dayeuhkolot. Kegiatan belajar mengajar (KBM) dipindahkan ke pengungsian karena gedung sekolah terendam banjir.
"KBM (kegiatan belajar mengajar) dipindah karena ketinggian air terlalu dalam di sekolah. Meski banjir kita harus menggelar KBM. Karena banjirnya besar jadi belajarnya dipindahkan ke balai desa," kata Kepala Sekolah SDN Bojongasih Ike Heldarika.
Banjir itu membuat warga jenuh, bahkan di Desa Bojongasih, Kecamatan Dayeuhkolot banyak tanah dan rumah kosong milik warga yang ingin dijual. Namun karena sering tergenang banjir, tanah dan rumah warga sulit dipasarkan.
"Banyak tanah (rumah) yang mau dijual di sini, cuman peminatnya jarang, paling ya orang sini juga yang sudah terbiasa terkena banjir. Rumah lebih dari puluhan. Jumlahnya banyak, selain rumah banyak juga kontrakan yang ditinggal penghuninya. Dulu disini banyak kontrakan karena kan dekat dengan kawasan pabrik," kata Kepala Desa Dayeuhkolot Yayan Setiana.
Air bah menjebol rumah milik Mufida (65), warga Perumahan Babakan Loa Permai (Baloper) Blok D, RT 02/20, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Minggu (16/2) sekitar pukul 16.30 WIB.
Kronologis air bah yang menjebol dinding ruang makan dan taman rumahnya tersebut diawali dengan suara benda menghantam tembok. Saat dicek tak ada apa-apa. Namun suara kedua yang muncul justru diikuti dengan masuknya air dari saluran di belakang rumah ke bagian dalam.
"Pas melanjutkan salat, ada suara lagi 'bruk', dicek sama ibu saya dinding rumah di belakang sudah jebol. Air itu langsung masuk sampai merendam setengah rumah. Karena ibu struk ringan, jadinya agak sulit keluar," kata salah satu anak Mufida, Panji.
Tak hanya merusak rumah, air bah juga merusak bangunan sekolah dasar SDN 2 Gunung Bentang, Kampung Gunung Bentang, Desa Jaya Mekar, Kecamatan Padalarang.
Menurut Kepala SDN 2 Gunung Bentang, Dede Marfuah, banjir hingga menyebabkan tembok ruangan sekolahnya jebol akibat tidak adanya saluran drainase di kebun dan pemakaman belakang sekolah.
"Jadi air dari kebun dan makam itu mengalir ke bawah menggenang di belakang bangunan sekolah. Karena tidak kuat menahan tekanan air akhirnya jebol," katanya.
Akses jalan keluar dan masuk menuju kawasan Geopark Ciletuh, Palabuhanratu, Sukabumi, sempat terisolir. Material longsor menimbun ruas jalan menuju arah Palabuhanratu maupun Loji. Akibatnya sejumlah wisatawan harus bertahan di sekitar home stay milik warga.
"Di lokasi titik longsor pertama di Tanjakan Cipeucang, longsor menutup seluruh bagian jalan yang titik pertama (timbunan) kurang lebih sekitar panjang 40 meter. Banyak pelajar dan warga yang hendak bepergian tertahan dan kemungkinan para pelajar ini tidak bisa sekolah terutama mereka yang berdomisili di Desa Taman Jaya-Ciwaru," kata warga, Aris Irvan.
Akibat kejadian itu, alat berat diterjunkan untuk menyingkirkan material tanah longsor yang ada di jalan tersebut. Proses evakuasi tanah longsor dilakukan BPBD Sukabumi dibantu unsur TNI Polri dan masyakat.
"Longsor sudah kita tanggulangi untuk titik penghubung tanjakan jalan Cipeucang. Ada tiga alat berat dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) provinsi yang saat ini berada di lokasi," kata Paur Humas Polres Sukabumi Ipda Aah Saepul Rohman.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon Dadang Suhendra mengatakan, empat kecamatan di Kabupaten Cirebon di antaranya Kecamatan Pasaleman, Ciledug, Babakan dan Losari terendam banjir.
"Ada empat kecamatan, totalnya delapan desa. Sekitar 3.000 rumah yang terdampak, ini terdampak ya bukan rusak," kata Dadang kepada detikcom.
Ketinggian air yang merendam empat kecamatan itu bervariatif dari 20 sentimeter hingga 1 meter. Namun, lanjut Dadang, air yang merendam ribuan rumah warga itu sudah mulai surut.
"Ya karena meluapnya Sungai Cisanggarung dan beberapa sungai lainnya. Selain itu, dari data kita ada juga tanah tanggul yang dimanfaatkan untuk pembuatan bata," kata Dadang.
Hujan deras menyebabkan Sungai Citanduy dan Cikidang di Kabupaten Tasikmalaya, meluap. Akibatnya, sebanyak 50 rumah di Kampung Hegarsari dan Bojongsoban, Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Tasikmalaya, terendam banjir.
"Malam hujan gede sudah langganan banjir kayak gini, setahun bisa tiga kali banjir ini, kami enggak ngungsi kecuali kalau hujan besar lagi baru kita ngungsi," ucap Ali salah seorang warga korban banjir.
Ridwan Saidi Buat Kontroversi Lagi
Belum usai soal kontoversi perkataan, tidak ada kerajaan di Ciamis dan mengartikan galuh ialah brutal, budayawan Betawi, Ridwan Saidi, kembali mengungkapkan hal kontroversial.
Dalam akun YouTube Macan Idealis, prianyang karib disapa Babeh itu berseloroh bila tak ada satupun candi di Situs Batujaya Karawang. Menurutnya, bangunan yang ada di Situs Batujaya bukan candi Budha yang dibuat zaman Kerajaan Tarumanegara. Candi Jiwa di Situs Batujaya hanyalah makam dari Raman, pengikut Ratu Syeba dari Ethiopia.
Pernyataan itu terdapat dalam video berjudul 'Geger !! Akhirnya Terungkap Rahasia Dibalik Sejarah Situs Batu Jaya dan Kebohongan Sejarah'. "Di (situs) Batujaya itu bukan candi. Kalau kita bicara dengan penduduk, penduduk mengatakan itu unur. Bukan candi," kata Ridwan saat menjawab pertanyaan Vasco Ruseimy yang diunggah pada Senin pagi (17/2).
Ridwan amat yakin jika di Situs Batujaya tak ada satupun candi. Ia lantas mengklaim menukil pernyataan Bujangga Manik dalam naskah Sunda lama, Lalampahan Bujangga Manik. Menurut Ridwan, saat sampai di Batujaya, Bujangga Manik tak menyebut kata candi di sana. Menurut Ridwan Bujangga Manik menyebut situs Batujaya dengan 'Ramaena'.
Apakah Ramaena? Menurut Ridwan, Ramaena berasal dari kata Raman atau Tuanku Raman.
"Bujangga Manik dari abad ke 14 mengatakan jika melewati suatu bangunan yang beliau katakan itu ramanea atau keramanan. Kata dasarnya Raman. Lalu kita bertanya siapa Raman ? Kalau kita bicara dengan penduduk, saya 20 tahun lalu bicara dengan penduduk itu mereka mengatakan Tuanku Raman. Geovani, historian Italia dari abad 15 menyatakan Raman ini adalah rombongan Queen of Sheba," jelasnya.
Ratu Syeba dikenal sebagai ratu legendaris dari Ethiopia. Menurut Ridwan dalam video itu, Ratu Syeba melakukan perjalanan hingga ke Nusantara pada abad ke-2 masehi. Perjalanan jauh itu dilakukan setelah Ratu Syeba diusir dari Ethiopia. Masih menurut Ridwan, Syeba kemudian pergi ke India hingga masuk ke wilayah Sumatera mulai dari Minangkabau, Jambi Lampung dan akhirnya menyeberang ke Pulau Jawa. Di daerah Batujaya, Karawang, Raman kemudian meninggal.
"Queen of Syeba kan kunjungannya abad ke-2. Dia diusir dari Ethiopia abad ke-2 lalu pergi ke Nikobar India, dia masuk ke Sipiro, dia pergi ke Minangkabau, lanjut ke Jambi, ke Lampung akhirnya menyeberang ke Batujaya Karawang dan berakhir di Cipari," katanya.
Pernyataan dan klaim Ridwan bertolak belakang dengan kesepakatan sejumlah arkeolog. Hasil penelitian Balai Arkeologi Jawa Barat menyebut jika di Situs Batujaya terdapat 62 candi dan sejumlah peninggalan lainnya. Saat ini, pemerintah telah menetapkan situs Batujaya sebagai Cagar Budaya Nasional.
Penetapan itu tertuang dalam surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 70/M/2019 tentang Kawasan Cagar Budaya Batujaya Sebagai Kawasan Cagar Budaya Tingkat Nasioal. Surat itu diteken Menteri Muhadjir Effendy pada 11 Maret 2019 di Jakarta. Situs Batujaya juga dikenal sebagai salah satu lokasi wisata unggulan Kabupaten Karawang. Setiap tahun situs tersebut rutin dikunjungi umat Budha dari seluruh Indonesia dan dunia.