Cirebon -
Rujak gamel, makanan khas asal Desa Gamel, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, tengah digandrungi kalangan milenial. Sebab, rujak gamel memilki rasa yang khas, pedas beraroma terasi Cirebon.
Komposisi rujak gamel tak jauh berbeda dengan rujak pada umumnya. rebusan kangkung, mie, kol, mentimun tahu dan gorengan. Bedanya, rujak gamel dilengkapi dengan kerupuk 'teles' atau kerupuk basah. Kerupuknya direbus, tak digoreng. Teksturnya kenyal.
Sensasi pedas rujak gamel dihasilkan dari sambal terasi. Nikmat sekali. Terasi yang tersaji di rujak gamel ialah terasi khas Cirebon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang pedagang rujak gamel yang legendaris, Wati (50) mengatakan dagangannya mulai diserbu kalangan milenial sejak 2019 lalu. Padahal, Wati mengaku berjualan rujak gamel sejak 1984.
Populernya rujak gamel dikalangan milenial bukan tanpa sebab. Wati mengungkapkan dalam beberapa tahun terakhir ia memiliki langganan dari kalangan biduan, penyanyi organ tunggal lokal. Menurut Wati, biduan lokal yang sering mampir di warung menjadi salah satu faktor populernya rujak gamel.
"Awal mah biasa saja. Setelah banyak penyanyi organ tunggal yang datang, memesan rujak. Terus ramai, mungkin disebar di Facebook dan lainnya," kata Wati saat berbincang dengan detikcom di warungnya yang berada di Situs Ki Buyut Asup, Desa Sarabau, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jabar, Selasa (4/2) pekan lalu.
Warung rujak gamel milik Wati ini buka sejak pagi hari hingga malam hari. Ia mengaku selalu kebanjiran order saat akhir pekan. Ia mengaku tak bisa menyebutkan secara rinci terkait omzet yang didapatnya setelah rujak gamelnya menjadi populer.
"Omzet mah ya kurang tahu ya. Intinya mah alhamdulillah," ujar Wati.
Rujak gamel termasuk jajanan murah bagi kalangan milenial. Pembeli cukup merogoh kocek sebesar Rp 10 ribu untuk satu porsi rujaknya. Sensasi pedasnya dijamin bikin ketagihan.
Rujak gamel (Foto: Sudirman Wamad/detikcom) |
Salah seorang pembeli, Anatsia (27) warga Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon mengaku ketagihan dengan rujak gamel. Lebih dari empat kali ia rela mengantre demi menikmati rasa pedas sambal terasi rujak gamel.
"Pedasnya khas banget. Saya awalnya lihat di postingan-postingan instagram, jadi pengin mencoba. Akhirnya ke sini," kata Anatasia.
Jarak rumah Anatasia dengan warung milik Wati terbilang jauh. Anatasia harus rela berkendara lebih dari setengah jam untuk bisa menikmati rujak khas Cirebon itu. "Kalau ke sini biasanya pas akhir pekan. Kalau penuh ya enggak makan di sini, dibungkus buat di rumah. Sekalian buat keluarga," tutur Anatsia.
Senada disampaikan, Heri Saripudin (30), warga Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon. Ia mengatakan rujak gamel memiliki cita rasa yang khas. Sebab, terasi yang digunakan merupakan terasi asli Cirebon.
"Pedasnya bikin nagih. Enak, terasinya itu terasa banget," kata Heri.
Heri mengaku kerap mampir di warung rujak gamel milik Wati. "Sering ke sini. Baru tahu yang di sini aja soalnya. Harganya juga lumayan rumah, cuma Rp 10 ribu," ucap Heri.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini