Bocah itu digigit ular berbisa di kediamannya pada Sabtu (8/2). Wakil Dirut Pelayanan RSD Gunung Jati Maria mengatakan pihaknya belum bisa memastikan jenis ular yang menggigit bocah itu.
"Belum pasti, katanya jenis weling. Tapi tak teridentifikasi, dikhawatirkan jenis ularnya ini hasil perkawinan silang," kata Maria kepada detikcom di RSD Gunung Jati, Selasa (11/2/2020).
Dari hasil analisis, dikatakan Maria, toksin yang menggerogoti tubuh bocah perempuan berbeda dengan toksin ular weling dan kobra. Sebab, lanjut dia, toksin tersebut menyerang sel saraf atau neurotik dan sel darah.
"Ternyata gejalanya bukan hanya neurotoxic, hemotoxic juga. Jadi racunnya ke darah. Ya bisa pecah pembuluh darahnya," kata Maria.
Lebih lanjut Maria menyebutkan, dari hasil pemeriksaan, pembuluh darah korban tak pecah. Namun jumlah sel darah korban mengalami penurunan.
"Sel darahnya mengalami penurunan. Sekarang kami upayakan segala perawatannya. Kondisinya koma, masih di ruang PICU. Kami sudah memanggil dokter spesialis emergency WHO, doktor dokter Tri Maharani," ucap Maria.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon Enny Suhaeni mengatakan kejadian nahas yang menimpa bocah 4 tahun asal Pemangkang itu terjadi pada Sabtu (8/2/2020). Enny menyebutkan korban digigit ular tepat di bagian telapak kakinya.
"Kondisinya masih koma. Ada dua gigitan di telapak kakinya. Ini kasus pertama untuk gigitan ular berbisa. Sebelumnya ada, tapi bisanya tidak seperti ini," kata Enny kepada awak media di Puskesmas Pamengkang, Kabupaten Cirebon, Jabar, Selasa (11/2/2020).
(ern/ern)