Mengenang Tradisi 'Ngabedahkeun' Citarum di Bendungan Walahar

Unak Anik Jabar

Mengenang Tradisi 'Ngabedahkeun' Citarum di Bendungan Walahar

Luthfiana Awaluddin - detikNews
Jumat, 31 Jan 2020 22:46 WIB
Bendungan Walahar Karawang
Warga bersama TNI kerja bakti membersihkan Sungai Citarum dari eceng gondok dan sampah. (Foto: Luthfiana Awaluddin/detikcom)
Karawang -

Eceng gondok dan sampah yang menumpuk kerap menjadi masalah rutin di Bendungan Walahar, Desa Wanasari, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Setiap musim hujan, puluhan ton eceng gondok dan berbagai sampah lain kerap menumpuk hingga memenuhi permukaan sungai. Dahulu, ada tradisi yang efektif membuang sampah, namun kini telah hilang.

Masyarakat Walahar menyebut tradisi itu ngabedahkeun atau menguras Sungai Citarum. Setiap tanggal 9 bulan 9, seluruh pintu bendungan Walahar dibuka total. "Air keluar dari bendungan sangat deras. Sampah, sedimen dan lumpur terbawa arus. Dampaknya sungai menjadi bersih," kata Syihabudin (33), warga Walahar, kepada detikcom, Rabu (29/1/2020).

Syihab menuturkan, tradisi ngabedahkeun Citarum dilakukan satu pekan. Tradisi juga kerap disertai pesta rakyat dan ritual hajat bumi. Selain itu, puluhan pria dewasa kerja bakti mencangkul lumpur sungai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah air perlahan surut, ikan-ikan yang mabuk bermunculan. seluruh warga panen ikan. Bahkan hingga wilayah Karawang kota. Warga di bantaran Citarum menangkap ikan yang melimpah," tutur Syihab, mengenang masa kecilnya.

ADVERTISEMENT
Mengenang Tradisi 'Ngabedahkeun' Citarum di Bendungan WalaharPenampakan eceng gondok yang menumpuk di Bendungan Walahar. (Foto: Luthfiana Awaluddin/detikcom)

Tradisi ngabedahkeun Citarum juga kerap ditunggu warga Karawang di wilayah lain. Suwandi (52), warga Wadas misalnya, mengaku kerap mendatangi Sungai Citarum saat tradisi ngabedahkeun.

"Selama sepekan tradisi berlangsung, warga berkumpul di Citarum, menangkap ikan yang melimpah. Ada ikan jambal, nila, mujair dan lainnya. Ikan sangat mudah ditangkap karena lemas berenang di pinggiran," ucap pria yang disapa Abah Wandi itu.

Sejak tahun 2003, tradisi ngabedahkeun Citarum tak lagi dilakukan. Tradisi yang dipercaya dilakukan hampir seabad lalu itu telah hilang. "Entah apa sebabnya. Tapi kalau dilakukan, khawatir menyebabkan banjir di hilir," ucap Syihab.

"Padahal tradisi menguras Citarum sudah jadi kearifan lokal. Fungsinya merawat kualitas sungai, membuang endapan, mencegah pendangkalan sekaligus membuang sampah," Syihab menambahkan.

Saat ini, sudah 17 tahun pintu Bendungan Walahar tak pernah dibuka penuh. Jika eceng gondok dan sampah menumpuk di bendungan, akan diangkut ke daratan.

Padahal tradisi menguras Citarum sudah jadi kearifan lokal.Syihabudin (33), warga Walahar.

Seperti yang dilakukan warga, TNI dan Perum Jasa Tirta 2 sepekan terakhir. Pembersihan sungai juga melibatkan alat berat amfibi.

"Kalau (eceng gondok dan sampah) dibiarkan, air bisa terhambat. Mutu air turun. Bahkan sampah yang nyangkut mengganggu operasi bendungan. Kalau hujan besar bisa menjebol (bendungan)," ujar Dirut PT Jasa Tirta 2, U Saepudin Noer, di Bendungan Walahar, Rabu (29/1/2020).

Mengenang Tradisi 'Ngabedahkeun' Citarum di Bendungan WalaharBendungan Walahar (Foto: Luthfiana Awaluddin/detikcom)

Noer menjelaskan tumpukan eceng gondok merupakan fenomena rutin setiap musim hujan. "Ini siklus setiap penghujan datang. Karena siklikal, jadi kita rutin buat program pembersihan. supaya tidak mengganggu mutu air, mengganggu bendung, mampatnya saluran dan semacamnya," tutur Noer.

Dalam sepekan ini, kata Noer, sebanyak 30 ton eceng gondok telah diangkut dari permukaan Citarum. Selanjutnya, eceng gondok akan dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk kompos.

"Jenis eceng gondok ini kita buat kompos karena kurang cocok jadi bahan kerajinan," ucap Noer.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads