Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menyampaikan saat ini di desa-desa sudah terbangun banyak sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD). Namun Halim menyampaikan di desa masih banyak kondisi guru PAUD yang kesulitan karena jumlah murid lebih banyak.
Hal ini disampaikan dalam sambutannya di acara 'Forum Perguruan Tinggi untuk Desa: Kampus Merdeka untuk Desa'. Hadir pula Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
"Mas Menteri yang saya hormati. Dana desa yang turun ke desa-desa itu sudah bisa dimanfaatkan antara lain PAUD, yang kita laporkan. Ini juga dibangun dari dana desa. Walaupun sekarang juga banyak yang bingung ketika PAUD berdiri, muridnya ada, gurunya kesulitan. Nah ini juga nanti kita mohon Mas Menteri ikut memikirkan," kata Halim di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (30/1/2020).
Halim mengungkapkan terdapat sekitar 50.000 PAUD di desa hingga 2019. Dia pun meminta Nadiem membantu mencari solusi untuk permasalahan terbatasnya guru PAUD di desa.
"PAUD-nya sudah berdiri, siswanya ada, gurunya seadanya. Tapi lama-lama kan butuh guru profesional. Itulah saya sampaikan ke Mas Menteri dibantu dipikirkan karena PAUD ada di bawah Kemendikbud," ucap Halim.
![]() |
Sementara itu, Nadiem dalam sambutnya tidak merespons secara langsung terkait guru PAUD yang disinggung Halim. Namun Nadiem menjelaskan manfaat kegiatan 'Kampus Merdeka untuk Desa'. Dia memberikan analogi dunia kampus itu seperti sebuah kolam renang, sedangkan dunia pekerjaan itu seperti sebuah laut yang terbuka.
"Dari semua jenis laut terbuka, yang buat saya paling menarik adalah proyek desa. Karena proyek desa itu adalah bayangkan desa itu seperti dunia mikro dari semua permasalahan yang ada di negeri kita," ucap Nadiem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nadiem juga mengatakan mahasiswa akan mengalami sebuah perubahan fundamental saat melakukan kegiatan di desa. Dia menyebut aktivitas di desa akan membentuk karakter pemuda di Indonesia.
"Tapi dengan ke desa dengan anak-anak mahasiswa kita pergi dalam periode minimal 6 bulan, bisa sampai setahun bahkan kalau mau lanjut lagi bisa sampai 1,5 tahun, tidak mungkin mahasiswa tersebut tidak tergugat sesuatu di hatinya. Tidak mungkin dia menginap di rumah warga desa, dia berinteraksi dengan berbagai macam warga di desa, tidak mungkin tidak terjadi suatu perubahan fundamental dalam dirinya," ujar Nadiem.
"Mohon ditanya semua anak-anak yang mengikuti program Indonesia mengajar. Seratus persen akan bercerita itu menjadi salah satu pengalaman terpenting dalam hidupnya, dalam pembentukan karakter mereka," sambung Nadiem.
Sementara itu, Nadiem menyebut kegiatan mahasiswa di desa juga dapat memberi dampak positif bagi desa tersebut. Menurutnya, kehadiran mahasiswa bisa membuat masyarakat menjadi lebih kritis hingga memberi masukan kepada kepala desa.
"Dia bisa membantu meningkatkan daya berpikir kritis masyarakat di desa itu dan membantu memberi ide-ide kepemimpinan kepada kepala desa," ujar Nadiem.