Saat dimintai tanggapannya, Ketua DPC PDIP Surakarta (Solo) FX Hadi Rudyatmo mengaku tidak mengetahui siapa yang dimaksud Megawati meminta rekomendasi dari 'pintu belakang'.
"Ya tanya Bu Mega dong, masa tanya ke saya," kata Rudy saat ditemui di Balai Kota Surakarta, Selasa (21/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rudy menegaskan dirinya ataupun bakal calon yang diusung, Purnomo-Teguh, tidak pernah meminta rekomendasi lewat 'pintu belakang'. Dia mengatakan selalu mengikuti prosedur yang berlaku.
"Aku ra tau lewat pintu mburi kok (tidak pernah lewat pintu belakang). Lewat pintu depan terus. Ke tempat Ibu (Mega) lewat pintu depan itu," ujarnya.
Dia pun mengaku tidak pernah membicarakan masalah rekomendasi dengan Megawati. Dia mengatakan tugasnya sebagai Ketua DPC PDIP Surakarta telah selesai.
"Oh tidak (pernah bicara rekomendasi). Tugas saya sudah selesai menjalankan PP nomor 24 tahun 2017. Tinggal Ketua Umum dan DPP yang merumuskan dan menilai," ujarnya.
Pria yang menjabat Wali Kota Surakarta itu juga memastikan pasangan bakal calon Wali Kota Surakarta yang dia usung, Achmad Purnomo-Teguh Prakosa, tidak pernah menemui Megawati.
"Nggak pernah (ada pertemuan Megawati dengan Purnomo-Teguh). Ibu itu nggak pernah ada ceritanya mengundangi satu per satu calon," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyindir calon kepala daerah yang meminta rekomendasinya lewat 'pintu belakang'. PDIP menyebut peristiwa calon pemimpin yang meminta langsung rekomendasi Mega itu terjadi pada saat Rakernas I PDIP.
Sindiran itu disampaikan Mega beberapa waktu lalu saat menghadiri perayaan Natal keluarga besar PDIP di Manado, Sulawesi Utara. Mega kala itu mengungkapkan adanya calon pemimpin yang ingin maju dalam Pilkada dan meminta langsung rekomendasi kepadanya.
PDIP pun menjelaskan maksud pernyataan Mega. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDIP Bambang Wuryanto mengungkapkan adanya kader yang nyelonong meminta langsung rekomendasi Mega itu terjadi pada saat Rakernas PDIP.
"Begini, itu orang mungkin merasa kenal sama Ibu Ketum, sementara di PDIP kita tahu kekuasaan di Ibu Ketum, kemudian orang itu nyelonong minta rekomendasi. Karena merasa sudah dekat," kata Bambang kepada wartawan, Senin (20/1).
"Kalau tidak salah peristiwa itu terjadi pada saat Rakernas, nah itu kan tidak benar. Meski kita itu hierarkinya komando, tetapi setiap proses ada prosedurnya," sambung Bambang.
Sementara itu, pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menilai meski Megawati tidak terang-terangan menyebut nama dalam pidato itu, namun Arya menilai pernyataan itu kemungkinan besar juga ditujukan kepada Gibran Rakabuming Raka. Meskipun sejumlah kader PDIP juga telah menepis itu.
"Apakah dia menyindir Gibran atau tidak, saya tidak tahu ya tapi kalau kita dengar dan baca pernyataan itu meskipun karena segala macam, segala macam, tapi ya dugaan saya mungkin sepertinya (menyindir Gibran Rakabuming), mungkin ada usaha juga secara tidak langsung mungkin menyindir," ujar Arya saat dihubungi, Senin (20/1).
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini