"Di daerah Sukajaya yang sempat dikunjungi Pak Presiden, itu longsornya sangat masif. Bahkan, kalau boleh kita pinjam istilah, itu seperti es krim yang meleleh dan jumlahnya mencapai ribuan titik. Ini perlu dipikirkan solusi yang dilakukan untuk jangka pendek," kata Doni seperti dalam rekaman video yang dikirim Kepala Pusdatinkom BNPB Agus Wibowo, Sabtu (18/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memberikan masukan pemetaan mana daerah yang boleh ditangani, mana yang bisa ditangani tanaman keras yang punya nilai ekonomis tapi juga berfungsi ekologis," terang Doni.
Doni juga menerima laporan soal adanya bangunan-bangunan dengan aktivitas penambangan yang diduga menyebabkan longsor. Doni mengatakan akan melakukan tindakan.
"Harus kita katakan apa adanya bahwa di bagian hulu, terutama di kawasan Gunung Halimun, itu ditemukan ada ratusan bangunan bertenda biru yang semula digunakan oleh istilahnya gurandil, penambang. Ini tentunya tak bisa dibiarkan, makanya kita cari solusi yang tak bisa timbulkan masalah sosial, contohnya masyarakat kehilangan pekerjaan," kata Doni.
Agus Wibowo dalam keterangannya menjelaskan kunjungan tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab utama banjir dan longsor di Bogor. Dari hasil tinjauan, Agus mengatakan longsor terjadi karena hutan gundul karena penebangan hutan.
"Penyebab lain adalah penambangan ilegal. Dari udara terlihat ratusan tenda biru milik para penambang ilegal. Penambang menggunakan merkuri yang juga menyebabkan pencemaran logam berat yang berbahaya bagi manusia," kata Agus.
Simak Video "Melihat Kerusakan Dampak Longsor di Sukajaya, Bogor, dari Udara"
(idn/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini