"Kalau kemudian diterjemahkan menjadi peta politik baru, ya, itu nggak apa-apa juga, sangat wajar. Kenapa? Karena terkait alasan kedua yaitu persepsi politik publik. Persepsi politik publik saat Pak Jokowi menyebut nama Sandiaga Uno maka yang terimbas itu dua," jelas Hendri kepada detikcom, Jumat (17/1/2020).
"Yang pertama, si Sandiaga Uno sendiri, popularitasnya jadi naik, elektabilitasnya jadi terkenang lagi. Orang akan ingat lagi sosok Sandiaga Uno yang pernah maju pilpres. Sebetulnya hal ini kejadian biasa," imbuh Hendri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hanya memang karena Sandiaga Uno sudah disebutkan namanya, maka artinya dia berada di jajaran calon presiden yang pernah disebutkan sebelumnya oleh publik. Siapa saja yang pernah disebut? Anies Baswedan sebelumnya. Setelah disebutkan Pak Jokowi, tidak berlebihan nama Sandiaga Uno berada di jajaran pilpres. Untuk 2024 sendiri, Sandiaga Uno lebih berpeluang maju ketimbang Anies," ungkap Hendri.
Dua alasan yang mendasari Sandiaga lebih berpeluang maju pada kontestasi pilpres periode mendatang, yakni kendaraan politik dan adanya pilkada serentak. Hendri menerangkan, Sandiaga memiliki partai sebagai kendaraan politiknya, yaitu Partai Gerindra. Sementara Anies tak punya.
"Ada dua alasannya, pertama Sandiaga Uno sudah pasti dapat kendaraan, sudah punya kendaraan yang namanya Gerindra. Anies Baswedan belum. Memang sekarang dekat dengan NasDem, PKS, tapi itu kan bukan kendaraannya. Nanti nggak tahu Nasdem dan PKS akan berubah apa nggak," Hendri menyampaikan.
"Lalu kedua, di 2024 nanti kecil kemungkinannya ada kepala daerah mengikuti jejak Pak Jokowi, karena ada aturannya pilkada serentak itu. Pilkada Serentak 2024 mengakibatkan Anies Baswedan selesai 2022 dan kemungkinan besar digantikan Plt selama dua tahun. Plt yang menentukan Pak Tito (Mendagri Tito Karnavian)," lanjut Hendri.
Selama dua tahun menjelang Pilpres 2024, Hendri berpendapat Anies kehilangan 'panggungnya'. "Nah, dalam dua tahun itu kan dia kehilangan panggung politik. Kalau Sandi Uno kan ada dua panggung politik yang bisa dipakai, pertama Gerindra, kedua dia sebagai pengusaha," tandas Hendri.
Namun Hendri pribadi menilai pesan 'Hati-hati 2024' yang disampaikan Jokowi ke Sandi tak lebih dari sekadar gaya komunikasinya yang ceplas-ceplos. Menurut Hendri, pesan Jokowi tak memuat maksud politik.
"Kita mesti lihat dari dua sisi. Pertama, gaya komunikasi Pak Jokowi, gaya komunikasi Pak Jokowi kan memang seperti itu selama ini. Kalau pada saat pidato ceplas-ceplos, apa yang ada di pikirannya diutarakan," ujar Hendri.
"Nah, sama seperti ini, saya yakin nama Sandiaga Uno ini keluar ya karena keluar aja, karena kebetulan di sana ada Sandi Uno-nya. Jadi nggak ada maksud politik dia, apalagi kemudian untuk mengubah konstelasi atau membuat peta politik sendiri, tidak," sambung Hendri.
Seperti diketahui, sapaan itu diucapkan Jokowi ketika pelantikan pengurus Hipmi 2019-2022. Awalnya, Jokowi menyapa para tamu hingga tiba waktunya dia menyapa Sandiaga karena hanya Sandi yang dihafalkan Jokowi. Dia saat itu menyebut 'Hati-hati 2024' yang disambut riuh teriakan anggota Hipmi.
Jokowi kemudian menyampaikan ulang pernyataan dari Ketua Dewan Pembina Hipmi Bahlil Lahadalia. Kandidat pengganti Jokowi disebut akan berasal dari kalangan Hipmi. Jokowi meyakini pernyataan tersebut. Namun Jokowi tak mengungkap nama yang bakal menggantikannya sebagai presiden itu.
Simak Video: Jokowi Cerita Soal Pesannya ke Sandiaga 'Hati-hati 2024'
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini