Jembatan Cisokan Cianjur, Saksi Kehebatan Pejuang Indonesia Gempur Sekutu

Unak Anik Jabar

Jembatan Cisokan Cianjur, Saksi Kehebatan Pejuang Indonesia Gempur Sekutu

Ismet Selamet - detikNews
Jumat, 17 Jan 2020 08:32 WIB
Foto: Jembatan Cisokan lama Cianjur (Ismet Selamet)
Cianjur - Sebuah tugu kusam masih kokoh berdiri di tepi sungai Cisokan yang menjadi ciri perbatasan antara Kecamatan Ciranjang dan Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Terdapat tulisan "Peristiwa Pertempuran, Pasukan Banteng/Poli Hisbulloh/Sabilillah-Rakjat lawan Tentara Inggris" pada bagian bawah tugu tersebut.

Meski sebenarnya tulisan itu sudah samar terlihat, dan memutih sewarna dengan batu alam dimana keterangan itu dipahat.
Tak jauh dari tugu itu, terdapat jembatan yang mulai rapuh termakan usia. Tak ada lagi pembatas di kanan kirinya. Beberapa bagian jembatan juga tampak berlubang dan rumput liar juga menutupi jembatan tua tersebut.

Namun tak banyak yang tahu dan bisa menjelaskan, peristiwa pertempuran besar apa yang terjadi di kawasan tersebut, hingga dibuatkan tugu khusus. Mungkin juga tidak tahu jika ada tugu atau monumen sebagai pengingat telah terjadinya pertempuran heroik di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Iya ada tugu di sana, tapi tidak tahu itu monumen apa," ungkap Sanusi, salah seorang warga Kecamatan Ciranjang, beberapa waktu lalu.

Meski berada di dekat jalan utama Cianjur-Bandung, tetapi tugu itu tidak bisa terlihat langsung dari jalan sebab terhalang oleh pepohonan. Selain itu untuk ke Jembatan Cisokan lama, perlu usaha berjalan sekitar 200 meter melalui jalan setapak yang licin.

Tetapi terlihat sepanjang jalan itu ada aliran selokan kecil yang jika dilihat secara seksama di bawahnya merupakan aspal yang tebal. Sedikit menjelaskan jika sebelumnya jalur itu merupakan jalan raya yang tertutup tanah dan lama tak digunakan.

Di lokasi itu ternyata, tersimpan peristiwa pertempuran besar pasukan pejuang melawan sekutu. Cerita perjuangan itu sampai diabadikan dalam sejumlah buku sejarah, mulai dari Perang Konvoi Sukabumi-Cianjur 1945-1946 yang disusun Drs Yoseph Iskandar, Drs Dedi Kusnadi, dan Jajang Suryani.

"Pertempuran besar di Cisokan itu merupakan rentetan perlawanan pasukan pejuang pada konvoi pasukan Inggris dan pasukan elit Gurkha," ujar sejarawan dan penulis buku 'Zaman Perang', Hendi Jo.


Menurut Hendi, perang terbesar sebenarnya terjadi pada 10-14 Maret 1946. Namun di waktu yang lain terjadi pertempuran-pertempuran lainnya, seperti yang tercantum pada tugu yakni di bulan April 1946.

"Yang tertera pada tugu itu memang juga terjadi, dimana laskar dan Polri yang terlibat peperangan dengan pasukan sekutu. Tapi yang terbesar terjadi di 10-14 Maret, dimana pasukan dari semua pihak terlibat di sana," terangnya.

Neraka bagi Pasukan Gurkha

Pertempuran demi pertempuran terus terjadi. Perang besar yang terjadi disepanjang jalan antara Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung dan berlangsung dalam dua periode. Pertama terjadi pada 9 sampai 12 Desember 1945 yang berpusat di Bojongkokosan. Keduanya terjadi pada 10-14 Maret 1946, dimana tiga batalion pasukan Inggris dikepung di Sukabumi dan Cianjur.

Tertahannya Batalion Jats (termasuk dalam Divisi Ayam Jago) di Sukabumi pada 9-10 Desember 1945, akibat gempuran TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan laskar, membuat harus memberangkatkan pasukan penolong. Mereka terdiri dari pasukan 3/3 Gurkha Riffles yang dikawal sejumlah tank Sherman, panser Wagon dan brencarrier.


Namun,informasi dari markas besar Sekutu yang memerintahkan pengiriman pasukan penolong itu bocor ke pihak Republik. Atas dasar informasi tersebut, Resimen III TKR Sukabumi memerintahkan Bataliton III untuk menghadang konvoi itu mulai dari jembatan Cisokan sampai Gekbrong.

Sejak itupun pasukannya menyiapkan posisi stelling di sekitar Jembatan Cisokan. Mereka berlindung di balik pepohonan dan di atas tebing di kedua sisi jalan dekat jembatan Cisokan.

Pertempuran besar pun terjadi dari mulai Ciranjang. Pasukan Sekutu yang berhasil lolos dari Ciranjang, kembali dihadapkan pada gempuran pasukan Republik di Jembatan Cisokan.

Aksi pejuang, tentara, dan laskar pun menjadi mimpi buruk bagi tentara Inggris. Bahkan tentara Gurkha dari Nepal dan Batlyon Jast serta Patialadari India yang sudah sangat terkenal sebagai mesin perang yang menakutkan, dibuat tidak berdaya menghadapi gempuran pejuang Republik.

Jembatan Cisokan Cianjur, Saksi Kehebatan Pasukan Indonesia Gempur SekutuFoto: Tugu peringatan perang konvoi Cianjur (Ismet Selamet/detikcom)


Di jembatan ini banyak prajurit Inggris meregang nyawa akibat serangan pejuang Indonesia dari tebing-tebing bukit sekitar Sungai Cisokan. Mereka berasal dari Batalion 3/3 Gurkha Riffles Divisi ke-23 The Fighting Cock (Divisi Ayam Jago), terkenal akan kemampuannya dan persenjataannya.

Bahkan, dari informasi yang dihimpun, dalam Pertempuran Ciranjang 1946 rombongan konvoi pasukan Inggris sempat melakukan aksi friends-fire.
Ketika pasukan infanteri Inggris mengirimkan koordinat lokasi Republikan yang menyerang mereka kepada pilot-pilot pesawat Dakota dan Thunderbolt, pasukan infanteri Inggris menuju lokasi para Republikan sambil terus terjadi tembak-menembak.


Republikan yang mengetahui ada pesawat tempur musuh yang sedang menuju ke arahnya segera saja melarikan diri. Sebagian dari mereka ada yang meloncat dari ketinggian tebing masuk ke sungai Cisokan yang saat itu sedang naik volume airnya. Sontak, sebagian dari mereka yang masuk ke sungai tewas terseret air sungai sampai tidak ditemukan jasadnya.

Setelah semua Republikan meninggalkan koordinat lokasi yang dikirimkan pasukan infanteri Inggris kepada para pilot pesawat tempur, dan pasukan infanteri Inggris menempati sendiri koordinat lokasi yang sebelumnya ditempati oleh para Republikan, maka terjadilah aksi teman bunuh teman. Pilot pesawat tempur tidak mengetahui bahwa musuhnya telah meninggalkan koordinat lokasi yang dikirimkan oleh teman-teman infanteri mereka, tragis.

Setelah berulang kali diserang, pasukan Gurkha dalam kondisi babak belur berhasil mencapai kota Sukabumi menjelang malam. Dalam buku The Fighting Cock, The Story of the 23rd Indian Division karya Letnan Kolonel AJF Doulton diceritakan bagaimana kagetnya prajurit-prajurit Batalion Jats begitu menyaksikan pasukan penolongnya dalam kondisi yang sama dengan mereka.

Perang Konvoi dan perang lainnya yang terjadi di jalur neraka itupun menjadi catatan prestasi penting bagi TRI, khususnya resimen Sukabumi bersama barisan Hizbullah, Sabilillah, Persindo, Banteng, pemuda Proletar, kris, Prd, laskar merah, dan laskar lainnya.

"Salah satu faktornya karena mereka tidak menguasai medan, sedangkan pasukan republik atau pejuang kala itu menguasai sekali medan. Itu yang membuat mereka kewalahan, meski mereka memiliki kekuatan yang lebih," terang Hendi Jo, Sejarawan sekaligus penulis buku Zaman Perang.

Bahkan, Jalur Cianjur-Bandung yang salah satunya ialah Jembatan Cisokan lama dianggap sebagai neraka bagi pasukan sekutu, termasuk untuk pasukan Gurkha. Bahkan disebutkan jika jalur tersebut layaknya gudang peledak yang bisa diledakan kapan saja dan menewaskan banyak pasukan sekutu.

"Karena seringnya pertempuran di jalur itu, makanya bagi pasukan sekutu termasuk untuk pasukan Gurkha yang terkenal dengan banyak kemenangan yang sudah diraih pun dianggap sebagai jalur neraka," ungkap Hendi.

Diharapkan Menjadi Kawasan Wisata Sejarah

Jembatan Cisokan lama dan kawasan di tugu pengingat perang Konvoi di Cianjur diharapkan menjadi tempat wisata sejarah. Tidak hanya memikat wisatawan lokal, keberadaan wisata sejarah itu diyakini bakal didatangi wisatawan mancanegara.

Sejarawan sekaligus penulis buku Zaman Perang, Hendi Jo, mengatakan, tempat bersejarah itu berpotensi untuk menjadi kawasan wisata sejarah. Namun perlu dilakukan pentaan yang serius oleh pihak yang memang berwenang.

"Mulai dari jembatannya diperbaiki, kawasannya ditata. Bahkan kalau perl tebing di samping jalan setapak itu dibuat relief yang mengisahkan pertempuran perang konvoi di Cianjur, tepatnya di kawasan Cisokan," kata Hendi saat dihubungi melalui telepon seluler, Jumat (10/1/2020).
Dia berharap ada pihak yang serius untuk menata tempat itu menjadi wisata yang dapat menarik wisatan lokal ataupun luar negeri. Terlebih untuk mereka yang memang menyukai sejarah.

Sekdes Hegarmanah Kecamatan Sukaluyu, Dian Sofyanm mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Ciranjang. Pasalnya kawasan bersejarah itu terbagi dalam dua wilayah.

"Untuk jembatan masuk ke Hegarmanah, tapi yang tugu itu masuk Ciranjang. Jadi perlu ada koordinasi dua pemerintah desa dan dua kecamatan berbeda. Tapi akan diupayakan adanya penataan di sana," kata Dian.

Dian mengakui, jika penataan itu akan memberikan dampak positif bagi dua wilayah, mulai dari peningkatan pariwisata, hingga perekonomian.
"Sudah menjadi rencana juga agar ada kawasan wisata sejarah yang menarik banyak wisatawan. Dan salah satunya yang berpotensi jadi wisata itu kawasan Cisokan. Makanya kami akan coba seriusi masalah penataannya," ujarnya.
Halaman 2 dari 3
(mso/mso)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads