"Dari peserta kirab ada sekitar 200 orang, yang warga Purworejo sekitar 30 persen, antara 60-70 orang. Kita masih terus koordinasi dengan pengampu wilayah dan aparat (kepolisian) untuk mendata berapa warga Purworejo yang menjadi pengikut," kata Asisten III Setda Purworejo Pram Prasetyo Achmad kepada detikcom di kantornya, Rabu (15/1/2020).
Dari keterangan pihak Keraton Agung Sejagat, mereka memiliki pengikut mencapai sekitar 450 orang. Namun, dalam kirab budaya yang dilaksanakan oleh si raja, Toto Santoso dan permaisurinya Fanni Aminadia, hanya diikuti sekitar 200 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pram menyebut sekitar 30 persen di antara peserta kirab itu merupakan warga Purworejo. Sementara sisanya disebut dari Yogyakarta, Kebumen, hingga Aceh dan Lampung.
"Kita butuh data valid untuk melakukan penanganan. Bagaimanapun juga mereka warga kita," jelas Pram.
Pemkab Purworejo sudah menyiapkan tim psikiater dan psikolog untuk mendampingi para korban. Tim ini melibatkan dokter yang ada di RSUD Purworejo yang siap turun untuk melakukan pendampingan.
"Kita sudah minta RSUD untuk menyiapkan psikolog dan psikiater, karena mereka ada yang tertekan dengan kejadian ini," ucap Pram.
Pram mengatakan sebagian dari korban sudah menyadari perbuatannya salah. Namun, masih ada yang mengakui kebenaran apa yang disampaikan oleh Toto Santoso sebagai 'raja'.
"Mereka ini perlu mendapatkan pemahaman yang benar, agar bisa memahami apa yang mereka ikuti tidak benar," ujarnya.
Pemkab juga akan mengumpulkan para budayawan dan sejarawan yang ada di Purworejo. Tujuannya mereka bisa meluruskan fakta sejarah yang disampaikan pihak keraton Agung Sejagat. Harapannya, warga menjadi jelas dan agar tidak ada pembelokan sejarah.
"Kita sedangkan siapkan, nanti kita akan rilis," terangnya. (rih/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini