"Ya pokoknya kami menjalankan ini (modifikasi cuaca) sesuai dengan kondisi cuaca yang disampaikan oleh BMKG dan permintaan dari BNPB. Karena BNPB harus melakukan asesmen apakah kondisi cuaca yang diramalkan oleh BMKG ini berpotensi mendatangkan bencana. Jadi kami akan lakukan sejauh masih dibutuhkan," kata Bambang di Kantor BPK, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Senin (13/1/2020).
Bambang menekankan proses modifikasi cuaca ini terus dilakukan dalam upaya mengantisipasi bencana banjir besar di Jabodetabek. "Ya sekali lagi, sesuai dengan kebutuhan. Karena kalau cuaca tentunya harus selalu mengantisipasi agar keberadaan hujan itu tidak menimbulkan bencana yang parah," ujar Bambang.
Seperti diketahui, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan modifikasi cuaca sejak Jumat pagi (3/1/2020) untuk mengurangi curah hujan di wilayah Jabodetabek. Operasi dilakukan bersama BNPB, BMKG, LAPAN, serta TNI Angkatan Udara. Dengan modifikasi cuaca ini diharapkan curah hujan di wilayah Jabodetabek akan berkurang 30-35 persen sehingga mengurangi potensi banjir.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Teknolog (BBTMC-BPPT) Tri Handoko Seto menjelaskan, secara umum awan yang berpotensi hujan berasal dari barat dan barat laut. Karena itu sepanjang Jumat lalu tim dari BBTMC menyemai garam di awan-awan yang tumbuh di selat Sunda dan perairan Jawa Barat.
"Tujuannya agar hujan segera turun sebelum memasuki Jabodetabek. Itu yang kemudian secara awam dikenal sebagai menggeser, padahal tidak seperti itu. Tapi awan yang datang kemudian kita cegat (agar jadi hujan di lautan bukan di darat)," kata Seto kepada Tim Blak-blakan detikcom di Kantor BPPT, Jumat (3/1/2020).
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini