Jakarta - Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menyebut Jakarta bisa keluar dari
10 kota termacet versi Tomtom Traffic Index. Namun, ada beberapa hal yang perlu dibenahi seperti jaringan jalan dan integrasi transportasi.
"Kita butuh kurang lebih, mungkin kalau ada percepatan lima tahun. Tapi diiringi dengan pengaturan tata ruang dan peningkatan jaringan angkutan umum. JakLingko harus bagus dan bisa mengalahkan angkutan online," kata Yayat, saat dihubungi, Jumat (10/1/2020).
JakLingko adalah sistem integrasi transportasi di Jakarta. Moda transportasi yang diintegrasikan yaitu bus TransJakarta, angkutan kota, MRT, serta LRT.
Menurut Yayat, ada wilayah-wilayah yang sedang tumbuh namun tidak mendapat kemudahan transportasi. Wilayah-wilayah yang sedang tumbuh seperti Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jakarta Barat mengarah ke Tangerang. Terus wilayah lain (angkutan massal) bermasalah adalah petumbuhan pusat bisnis Jakarta Selatan. Di sana jaringan jalan tidak mendukung, contoh Kemang. Kawasan perumahan itu yang tiba-tiba berubah jadi pusat bisnis, parkir belum ada angkutan belum siap. Pondok Indah, wilayah Lebak Bulus, Fatmawati. Fatmawati bagus ada MRT, tapi bisnis belum berkembang," kata Yayat.
Pembangunan jaringan transportasi juga harus dilakukan dengan beberapa daerah-daerah sekitar Jakarta. Harga tarif angkutan umum murah bisa merangsang masyarakat meninggalkan kendaraan pribadi.
"Bisa tidak Jakarta dengan Bekasi ada Transjakarta masuk dengan tarif Rp 3.500,00? Depok, Tangerang, Bogor perbanyak lagi. Jadi kawasan sekitar, untuk mengurangi kendaraan pribadi masuk Jakarta harus diberlakukan kerja sama (dengan daerah sekitar). Jadi membuat daya tarif murah bisa membuat pindah ke angkutan umum dari pinggiran," kata Yayat.
Selain soal angkutan umum, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus semakin membatasi angkutan pribadi. Kebijakan ganjil genap dinilai belum efektif.
"ERP (jalan berbayar) harus segera dilakukan. Itu terlalu lama wacana, persoalan hukum ERP harus diselesaikan," kata Yayat.
Selanjutnya, perlu juga dibangun beberapa titik-titik bisnis di luar pusat Jakarta, Jalan Sudirman-Thamrin. Titik-titik baru bisa mengurangi penumpukan kendaraan yang berakibat macet.
"Nah, artinya kemacetan pusat kota bisa dikurangi kalau kegiatan bisa didorong keluar dari inti kota, Jl MH Thamrin-Jenderal Sudirman. (Kemudian) Mendorong pusat pertumbuhan ekonomi baru di Serpong, Tangsel, Bekasi. Dorong sebagian ke Bogor, ada Sentul dan lain-lain. Jadi tidak semua harus pagi macet ke Jakarta, pulang macet ke pinggiran," kata Yayat.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menargetkan Jakarta tidak akan lagi masuk ke dalam 10 kota termacet. Anies menyebut akan ada transportasi yang lebih baik untuk mendukung upaya ini.
"Tomtom Traffic Index menempatkan Jakarta sebagai kota termacet di dunia nomor 4 tahun 2017. Dalam setahun turun menjadi nomor 7 di dunia. Nah, kita berencana keluar dari 10 besar. Jadi kita nanti turun dari situ semua, tidak lagi menjadi kota termacet. Kenapa? Karena warganya pindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum," kata Anies saat memberi sambutan di Kementerian BUMN, Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Anies melihat ada keinginan warga Jakarta untuk berpindah ke moda transportasi umum. Karena itu, Anies menyebut ini menjadi tantangan memajukan transportasi di Jakarta.
"Inilah sebabnya indikasi awal menunjukkan warga Jakarta mau pindah ke kendaraan umum. Tantangan kita adalah memberikan kendaraan umum terintegrasi, yang terjangkau secara harga, terjangkau secara geografis," ucap Anies.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini