"Tadi analisa sudah ada, baik itu dari konteks cuaca yang ekstrem, dan juga di sana memang ada beberapa permasalahan. Nanti bisa lebih detail ke BNPB dikoordinasikan, ada galian tambang bekas Antam yang memang digunakan oleh masyarakat seperti tambang liar seperti itu. Ada beberapa yang mereka gunakan, yang tadinya sudah tidak terpakai mereka gali lagi," ujar Andika di kantor Kemenko PMK, Jalan Medan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (7/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak video 7 Jembatan di Lebak Putus Diterjang Luapan Sungai Ciberang:
Selain ada galian tambang liar, penyebab banjir ini adalah kemarau panjang yang mengakibatkan permukaan Gunung Halimun retak. Menurutnya, retakan itu mengakibatkan air masuk ke dalam tanah dari sela-sela retakan itu, kemudian hujan dan cuaca ekstrem juga menjadi penyebab banjir bandang tersebut terjadi.
"Di analisa oleh tim Pemprov bahwa yang pertama karena kemarau panjang. Jadi Gunung Halimun itu kering sehingga retak mereka, di permukaan gunung retak sehingga air itu masuk ke dalam, rongga tersebut. Setelah hujan ekstrem, cuaca ekstrem, langsung longsor ke bawah, termasuk itu di dalamnya ada berbagai macam kondisi ada tadi saya kemukakan, ada bekas galian Antam, dan lain-lain," tutur Andika.
Oleh karena itu, pihaknya menyebut telah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk mengatasi permukaan retakan Gunung Halimun agar kembali stabil. Dia mengaku telah mengusulkan KLHK untuk menanam pohon pinus di sekitar Gunung Halimun.
"Tadi antisipasinya, kita sudah minta Ibu Menteri LHK untuk bagaimana daerah tersebut yang menjadi kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup, Gunung Halimun ini, bisa betul-betul diprioritaskan untuk sekarang bagaimana kita dapat menjaga stabilitas dari dataran gunung tersebut. Saya tadi mengusulkan untuk segera dibangun, misalnya pohon pinus, kan bisa 50 tahun tapi nggak dipotong-potong, tebang," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini