Setelah Bunuh Soleimani, Militer AS Diminta Angkat Kaki

Round-Up

Setelah Bunuh Soleimani, Militer AS Diminta Angkat Kaki

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 07 Jan 2020 07:59 WIB
Foto: Warga Iran Turun ke Jalan Iringi Pemakaman Jenderal Soleimani (AP Photo)
Jakarta - Usai Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, dibunuh Amerika Serikat (AS) di Baghdad, Irak. Iran pun meradang. Militer AS pun diminta untuk segera angkat kaki dari Irak.

Sebagaimana diketahui, Soleimani tewas setelah kendaraan yang ditumpanginya terkena serangan drone militer AS di luar kompleks Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari lalu. Total 10 orang tewas akibat serangan AS yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump.

Seperti dilansir AFP, Senin (6/1/2020), Parlemen Irak menuntut agar ribuan tentara AS segera diusir dari wilayah mereka. Tuntutan ini disampaikan setelah serangan drone AS itu turut menewaskan tokoh militer Irak, Abu Mahdi al-Muhandis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pada hari yang sama, Perdana Menteri (PM) Irak, Adel Abdul Mahdi, menghadiri rapat luar biasa di parlemen yang membahas serangan AS yang menewaskan Soleimani. Dalam rapat itu, PM Abdul Mahdi mengecam serangan AS sebagai 'pembunuhan politik'.

PM Abdul Mahdi bergabung bersama 168 anggota parlemen Irak membahas pengusiran tentara-tentara AS. Jumlah tersebut memenuhi kuorum untuk pengambilan keputusan dalam parlemen Irak yang total beranggotakan 329 orang.

Sekitar 5.200 tentara AS saat ini ditugaskan di berbagai pangkalan militer Irak untuk mendukung tentara-tentara lokal dalam mencegah bangkitnya kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Ribuan tentara AS itu dikerahkan sebagai bagian dari koalisi internasional yang lebih luas, yang diundang oleh pemerintah Irak pada tahun 2014 untuk membantu memerangi ISIS.

Dalam voting terbaru yang digelar Minggu (5/1) waktu setempat, mayoritas anggota parlemen Irak sepakat mendukung resolusi yang meminta pemerintah Irak untuk mengakhiri kesepakatan yang mendasari pengerahan tentara AS ke Irak.


Resolusi itu didukung oleh mayoritas anggota parlemen dari Syiah, yang mendominasi parlemen Irak. Banyak anggota parlemen dari Sunni dan Kurdi yang tidak hadir dalam voting tersebut, yang jelas dipicu oleh ketidaksepakatan mereka terhadap resolusi itu.

"Parlemen telah memilih untuk mendorong pemerintah Irak membatalkan permintaan kepada koalisi internasional untuk membantu memerang IS (nama lain ISIS)," tegas Ketua Parlemen Irak, Mohammed Halbusi, dalam pernyataannya.

Kabinet pemerintah Irak nantinya akan mengambil keputusan akhir. Namun PM Abdul Mahdi dalam pidatonya mengindikasikan dukungan terhadap pengusiran tentara AS.

"Kita menghadapi dua pilihan utama," ucap PM Abdul Mahdi di hadapan parlemen Irak, yang merujuk pada opsi voting agar tentara asing segera pergi dari Irak atau opsi menetapkan batasan dan kerangka waktu untuk penarikan tentara asing melalui proses di parlemen.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, telah memberikan tanggapan terhadap langkah parlemen Irak. "Kita akan melihat apa yang akan kita lakukan ketika pemimpin dan pemerintah Irak mengambil keputusan," tegasnya.

Tanggapan Trump

Trump pun balik mengancam. Trump menyatakan bahwa Irak, yang merupakan sekutu AS, akan diperlakukan sama seperti Iran -- musuh AS -- jika tentara-tentara AS sungguh diusir dari Irak dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Diketahui bahwa perekonomian Iran hancur akibat sanksi-sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS dan beberapa negara lainnya.

"Jika mereka meminta kita untuk pergi -- jika kita tidak melakukannya dengan cara yang sangat ramah -- kita akan menjatuhkan sanksi kepada mereka yang belum pernah mereka lihat sebelumnya," ucap Trump merujuk pada Irak.

Setelah Bunuh Soleimani, Militer AS Diminta Angkat KakiFoto: Presiden Donald Trump (AP Photo/ Evan Vucci)


"Itu akan membuat sanksi-sanksi Iran terlihat sedikit lunak," cetusnya.


"Jika ada permusuhan, jika mereka melakukan apapun yang kita anggap tidak pantas, kita akan menjatuhkan sanksi-sanksi terhadap Irak, sanksi sangat besar terhadap Irak," tegas Trump.

Disebutkan Trump bahwa pangkalan AS di Irak 'sangat amat mahal'. Trump menyatakan bahwa AS tidak akan pergi dari Irak tanpa diberi ganti rugi atas investasi militer selama bertahun-tahun di Irak.

"Kita tidak akan pergi sampai mereka (Irak-red) membayar kembali pada kita," tegasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads