Dulu di Banda Aceh, ada beberapa bioskop seperti Pas 21 di lantai atas Pasar Atjeh, Gajah Theater di kawasan Simpang Lima, Bioskop Jelita di Beurawe serta Garuda Theatre di Jalan Imam Bonjol, Kampung Baru.
Bioskop di Tanah Rencong seperti tempat lain yaitu memutarkan film terbaru serta penonton tidak dipisah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dulu pernah beberapa kali nonton film di bioskop di Banda Aceh. Seperti film Eiffel I'm in Love itu sekitar tahun 2003. Tiketnya kalau gak salah waktu itu sekitar Rp 8 ribu," kata seorang warga Banda Aceh, Pipit (35) kepada wartawan, Senin (6/1/2020).
Pipit yang masih kuliah waktu itu memilih menonton film bersama keponakannya. Dia bahkan kerap menghabiskan waktu libur dengan menonton film. Baginya, ke bioskop merupakan tempat hiburan paling mewah kala itu.
Menurut Pipit, untuk membeli tiket bioskop waktu itu harus menunjukkan kartu siswa atau mahasiswa. Pelajar tidak bebas memilih judul film karena ada batasan usia yang diterapkan.
"Sebenarnya bioskop dulu satu barang mewah di Banda Aceh. Seru waktu nontonnya. Biasanya Sabtu-Minggu kalau gak tahu mau ke mana saya kumpulin uang jajan untuk ke bioskop," jelas Pipit.
Sementara itu, Rizal (40) seorang warga lainnya juga mengaku pernah beberapa kali menonton di bioskop Gajah Teater. Film paling diingatnya yaitu 'Eiffel I'm in Love' dan 'Biarkan Bintang Menari'.
Dia menonton ke dua film tersebut bersama temannya. Untuk membeli tiket, Rizal memanfaatkan jerihnya dari hasil bermain bola liga antar kampung (tarkam). Di bioskop, juga tersedia makanan seperti popcorn serta coklat.
"Sekarang hasrat nonton film tidak ada lagi, karena tidak ada bioskop di Aceh. Kalau ada tugas ke luar daerah paling memanfaatkan waktu senggang ke bioskop," ungkap Rizal.
Dia berharap Pemerintah Kota Banda Aceh kembali membuka bioskop di ibukota Provinsi Aceh. Soalnya, selama ini banyak warga Aceh memilih menonton di luar Tanah Rencong.
"Kami berharap ada lagi bioskop. Konsepnya disesuaikan dengan Syariat Islam. Konsep kita kembalikan ke pemerintah," sebut Rizal.
Sementara Ruhzi (31) mengaku beberapa kali ke bioskop Gajah Teater bersama teman-teman kuliahnya. Dia pernah menyaksikan film 'Shaolin Soccer' sekitar tahun 2003.
Menurut Ruhzi, suasana menonton kala itu sangat seru serta tidak ada batasan dan larangan. Penonton yang menonton juga bercampur antara laki-laki dan perempuan.
"Dulu kami punya uang pas-pasan untuk beli tiket. Waktu nonton tidak beli makanan apa-apa yang penting bisa nonton itu sudah senang sekali," ujarnya.
Kejayaan bioskop di Banda Aceh berakhir ketika Aceh ditetapkan sebagai daerah darurat militer. Satu persatu bioskop tutup. Puncaknya saat tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004 lalu.
Bangunan bioskop kemudian beralih fungsi seperti dijadikan pasar, dan Garuda Thearre berubah menjadi gedung Information Technology Learning Center (ITLC), Banda Aceh. Warga berharap, bioskop kembali dibuka Tanah Rencong.
Tonton juga Bioskop XXI Taman Ismail Marzuki Bakal Ditutup? :
(agse/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini