Tim CT ARSA Foundation dan juga Komunitas ARSA Banten kemudian membacakan dongeng boneka dengan metode interaktif di depan anak-anak yang terdampak banjir. Anak-anak tampak antusias.
"Kita survei dulu ke posko-posko dan ternyata memang mereka, anak-anaknya membutuhkan aktivitas bersama kakak-kakaknya, seperti dongeng ini untuk melupakan sejenak ketakutan, kekhawatiran kecemasan mereka, trauma juga, soalnya rumah mereka ada yang hanyut, hancur, semua bangunannya juga musnah, barang-barangnya juga lenyap dan mereka tinggalnya di posko untuk mandi pun bergantian dan lain-lain," ujar Tutor Literasi dan Humas CT ARSA Foundation, Elsa Kartika di Gedung PGRI, Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (4/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Elsa mengatakan, pengungsi yang datang untuk mengikuti penyuluhan dan rangkaian acara dari CT ARSA Foundation berjumlah 300 orang. Elsa menyebut warga sangat merespons kegiatan positif ini.
"Pengungsi yang ke kumpul di sini sekitar 300 orang. Mereka senang, mereka bilang teman-teman yang melakukan psikososial ke sini itu banyaknya hanya nyanyi-nyanyi aja, terus formalitas foto-foto yang kayak gitu loh, Nah baru nih dari CT ARSA Foundation dan Komunitas ARSA yang benar-benar mengedukasi dan memberikan langsung nyata," sebut Elsa.
![]() |
Dengan dongeng yang bertajuk kebersihan, Elsa berharap psikologi anak-anak dapat sejenak melupakan bencana banjir yang merundung wilayah mereka. Ia juga berharap acara CT ARSA Foundation ini dapat menyentuh langsung masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan.
"Psikososial ini ada edukasi yang memang dibutuhkan oleh anak-anak. Pertama tentang kebersihan. Jadi mereka dalam kondisi apapun harus memperhatikan kebersihannya, mulai dari kebersihan mulut dan gigi. Tadi kita praktik sikat gigi terus juga ada penyuluhan oleh dokter gigi nya langsung dari CT ARSA Foundation," ujar Elsa.
Siti Masitoh (48) korban banjir di Kampung Nanggela, Lebak, Banten mengaku senang anaknya bisa menikmati dongeng yang disuguhkan oleh CT ARSA Foundation. Masitoh berharap kegiatan ini berlangsung setiap harinya di posko, mengingat bayang-bayang musibah banjir terngiang di kala sepi di posko pengungsian.
"Alhamdulillah senang banget. Anak-anak bahagia banget, terhibur ya. Kalau bisa tiap hari deh di sini, karena baru kali ini ada dongeng dan kalau sepi saya suka teringat lagi tuh ya bencana kemarin, suka sedih," ujar Masitoh. (dkp/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini