Makassar - Jalur darat menuju Kecamatan Seko di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) kini telah telah berhasil terbuka. Seko dulunya terkenal sebagai salah satu wilayah paling terisolasi di Sulsel.
"Sekian lama, 74 tahun Indonesia merdeka (baru saat ini jalurnya terbuka)," ujar Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah dalam pidatonya di hadapan warga Seko saat perayaan malam tahun baru 2020 di Lapangan Pongholoi, Seko, Selasa (31/12/2019) lalu.
Padahal jalur menuju Seko belum sepenuhnya mulus dan beraspal. Jalur sepanjang 120 kilometer itu baru sekitar 60 kilometer yang diaspal, tepatnya dari Kecamatan Sabbang hingga Kecamatan Rongkong. Sisanya, Rongkong-Seko masih digunakan fungsional dimana pengerjaannya ada yang sudah tahap pengerasan dan ada yang baru dibuka untuk dapat dilalui kendaraan roda 4.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin (warga Seko bilang); 'bahwa baru lah kali ini kita merasakan kemerdekaan'. Itu belum disentuh apa-apa, baru kita buat akses bisa tembus ke sini. Walaupun baru separuh yang kita hotmix (aspal), tetapi tahun ini 2020 kita sudah menyelesaikan sampai masuk ke Seko," kata Nurdin di Seko, Rabu (1/1/2020).
Jalur darat menuju Kecamatan Seko di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. (Foto: Noval Dhwinuari Antony/detikcom) |
Terbukanya jalur menuju Seko secara fungsional memang dirasa telah meringankan beban warga. Pasalnya sebelum jalur terbuka seperti saat ini, butuh waktu hingga 2 hari 2 malam bagi warga untuk tiba di Masamba, Ibu Kota Kecamatan Luwu Utara. Dengan pembangunan jalur Sabbang-Seko, waktu tempuh warga kini tinggal 5 jam lamanya.
detikcom bersama rombongan Nurdin pada Selasa (31/12) lalu menjajal langsung jalur sepanjang 120 kilometer Sabbang-Seko yang dikerjakan menggunakan dana APBN, APBD Sulsel, dan APBD Luwu Utara.
Rombongan memulai perjalanan dari Kota Palopo menuju Kecamatan Sabbang, Luwu Utara dengan melintasi jalan poros Palopo-Masamba. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam 30 menit, rombongan tiba di Tugu Durian, Kecamatan Sabbang. Lokasi ini menjadi titik awal perjalanan menuju Seko. Ada sekitar 100 kendaraan roda 4 jenis 4x4 yang ditumpangi Nurdin dan rombongan untuk menjajal jalur yang baru dibuka pada 2019 lalu.
Dari Jalan Poros Palopo-Masamba rombongan berbelok ke kiri masuk ke jalur Sabbang-Rongkong-Seko. Kecamatan Sabbang yang merupakan wilayah hilir dari pegunungan Rongkong mulai dilalui iring-iringan rombongan dengan menyisir lereng perbukitan. Jalanan beraspal terus menanjak ke atas, di mana sisi kirinya tampak Sungai Rongkong yang mengalir deras dan di sisi kanannya hutan tropis dengan tebing yang terjal.
Foto: Noval Dhwinuari Antony/detikcom |
Menjelang Desa Limbong, Kecamatan Rongkong, kondisi jalanan sudah tidak beraspal dan kian berkelok dan terjal. Sejumlah alat berat yang melakukan pengerasan jalan tampak parkir di sisi jalan saat rombongan melintas.
Nurdin beserta Rombongan pun tiba di Desa Limbong, Kecamatan Rongkong yang berada di puncak perbukitan. Dari desa ini tampak pemandangan barisan pegunungan hutan tropis yang indah.
Saat menyapa warga di Limbong, Nurdin menyebut jalur Sabbang-Rongkong-Seko sebagai jalur yang strategis karena dapat memotong jarak tempuh Masamba ke Kota Palu, Sulteng hingga 400 kilometer. Jalur normal Masamba-Palu yang digunakan saat ini berjarak 600 kilometer. Sementara Masamba-Palu via Rongkong-Seko ditempuh jarak hanya dengan 200 kilometer.
Jalur Sabbang-Rongkong-Seko juga disebut mempersingkat jarak dari Masamba menuju Kota Mamuju, Sulawesi Barat. Namun masih diperlukan sentuhan pemerintah pusat untuk menyambungkan jalur dari Seko ke Kabupaten Sigi, Sulteng, untuk nantinya tembus ke Palu, dan menyambungkan jalur dari Seko ke Kota Mamuju, Sulbar.
"Kalau Seko-Sigi (Sulteng), Seko-Mamuju (Sulbar) sudah tembus maka ini jalan akan menjadi padat. Karena ini akan mempersingkat jarak kita ke Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat," kata Nurdin ke warga Limbong.
Nurdin menilai wilayah Rongkong sangat potensial menjadi tempat persinggahan jika nantinya jalur tersebut sudah tembus ke Sulteng dan Sulbar.
"Rongkong ini menjadi penting, mungkin beberapa rest area bapak harus bangun di sini, tempat istirahat yang pemandangannya cantik," kata Nurdin.
Jalur darat menuju Kecamatan Seko di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. (Foto: Noval Dhwinuari Antony/detikcom) |
Usai menyapa warga dan meresmikan masuknya listrik PLN di Rongkong, Nurdin beserta rombongan melanjutkan perjalanan ke Seko. Tak lama setelah menapak jalanan terjal, kendaraan rombongan mulai turun dari puncak bukit.
Jalanan dari Desa Limbong ke Seko tampak benar-benar baru dibuka dan disentuh alat berat. Tebing-tebing terjal di sisi jalan dikikis untuk menimbun jalan.
Perjalanan terus dilalui dengan naik-turun pegunungan hutan tropis. Jalanannya berkelok menyusuri pinggiran tebing dan jurang yang dalam.
Di beberapa titik jalanan terputus oleh aliran sungai. Karena belum dibangun jembatan di atasnya, kendaraan harus turun melintasi aliran sungai yang deras.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Rongkong, rombongan mulai memasuki jalur di tengah hamparan padang safana yang indah, tanda Nurdin dan rombongan telah tiba di lembah Seko. Nurdin memberhentikan kendaraannya di satu titik dan menikmati indahnya hamparan padang safana.
Perjalanan dilanjutkan dengan menuruni padang safana. Tampak kerbau hingga sapi warga dilepas bebas untuk mencari makan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam Nurdin pun tiba di Ibu Kota Kecamatan Seko.
Jalur darat menuju Kecamatan Seko di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. (Foto: Noval Dhwinuari Antony/detikcom) |
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani yang turut menjajal jalur tersebut mengatakan perlu penanganan lebih lanjut di sejumlah titik, seperti pembangunan jembatan dan drainase di pinggiran tebing.
"Target pemerintah provinsi, bersama dengan daerah pada tahun 2021 paling tidak sampai ibu kota ini sudah selesai kita aspal dan beton di beberapa spot," kata Indah di Seko.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini