"Jadi dari tanggal 31 Desember malam, air sudah masuk ke rumah. Itu sepinggang lah kira-kira pas malam. Pagi udah kita naikkan barang semua ke lantai dua. Kita juga engga nyangka air sampai ke lantai dua," kata Rambe di posko pengungsian di Pondok Gede Permai, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/1/2019).
Warga setempat merasa aman karena tebing Sungai Cileungsi sudah ditembok. Namun di luar dugaan, tembok penahan air sungai jebol. Air dengan sangat deras menyerbu komplek itu.
Rambe dengan istrinya kemudian bertahan di genteng. Begitu juga dengan empat anaknya. Yang tertua berusia 16 tahun, yang kedua usia 13 tahun, yang ketiga usia 6 tahun dan terkecil usia 10 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 24 jam, Rambe dan keluarga bertahan di atas genteng di tengah guyuran air. Mau berenang, air deras. Jangankan manusia, mobil saja terseret arus.
"Ya enggak makan. Saya sampai minum air hujan. Jadi dari tanggal 1 sampai tanggal 2 jam 04.00 WIB pagi kita di atas genteng, nggak makan," ujar Rambe.
Selama tinggal di komplek itu, banjir terbesar pada tahun 2002. Banjir besar itu dinyatakan sebagai bencana nasional. Kini Rambe bertahan di tempat pengungsian. Seluruh baju, hingga surat berharga tertelan banjir.
"Di sini (pengungsian) kalau makanan minuman cukup, pakaian bekas juga ada. Obat-obatan juga dilayani dengan baik," ujar Rambe.
Simak Video "Diterjang Banjir, Kelakuan Kocak Warga +62 Disorot Media Asing"
(asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini