Gencatan senjata Natal atau Christmas Truce, begitulah orang-orang Eropa Barat mengenang momen 25 Desember 1914. Berdasarkan semangat perang, gencatan senjata saat itu tidak resmi dan melanggar komando. Namun toh kemanusiaan yang menang, meski sementara waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentara Inggris, Pratu Frederich Heath mengaku menerima ucapan Natal dari orang-orang Jerman. Ucapan itu didengarnya lewat teriakan. Komandan dari Pratu Frederich Heath menyuruh semua pasukannya untuk diam saja karena khawatir ada pengkhianatan.
Selain itu, angkatan bersenjata Irlandia melaporkan ke kantor pusat sebagai berikut, "Orang-orang Jerman menerangi parit perlindungan mereka, nyanyi-nyanyi, dan mengucapkan Selamat Natal kepada kami. Salam telah dibalas namun bagaimanapun juga kami tetap berhati-hati secara militer."
Tentara Skotlandia berpangkat Pratu bernama Murker menuliskan dalam buku diarinya, "Bertemu personel patroli Jerman dan diberi segelas wiski dan sejumlah rokok, dan pesan balasan terkirim bahwa bila kita tidak menembak mereka, mereka tak akan menembak kita."
Selanjutnya, dua pihak (Jerman dan Irlandia) malah bernyanyi Malam Kudus versi asli Jerman (Stille Nacht) dan lagu berbahasa Inggris "The First Noel". Mereka kemudian pergi ke tempat netral (no man's land). Saling jabat tangan dan bincang-bincang terjadi antara tentara pihak Inggris dan Jerman, itu dilaporkan Oswald Tilley, seorang prajurit regu tembak yang berkirim surat ke keluarganya di Inggris.
Dalam suasana yang 'paradoks namun damai' itu, mereka berbincang tentang sepakbola. Olahraga itu sudah seperempat abad dimainkan secara profesional di Inggris dan sudah dua dekade dimainkan secara profesional di Jerman.
Cerita tentang 'main bola saja ketimbang perang' kemudian berkembang dari sini dan menjadi legenda yang dikaitkan dengan Christmas Truce 1914. Dalam pertandingan sepakbola itu, Jerman menang atas Inggris dengan skor 3-2. Apakah pertandingan sepakbola itu benar-benar terjadi? Menurut situs UEFA, lokasi pertandingannya ada di Ypres dan Comines-Warneton, Belgia.
Laporan dari The Times tahun 1915 membahasnya. Saat itu dituliskan, keterangan resmi dari Brigade Tembak Inggris menyangkal adanya pertandingan sepakbola itu, karena Brigade Tembak Inggris tidak mengizinkan pihak Jerman berkunjung ke parit pertahanannya.
The Times juga menampilkan surat kesaksian seorang dokter yang menyatakan pertandingan sepakbola itu benar-benar ada. Lokasinya di sekitar parit pertahanan, bukan hanya di satu lokasi namun di beberapa lokasi. Ada tiga lokasi sepakbola yang diikuti oleh tim berbeda bangsa.
Cerita dari pihak Jerman sendiri menyatakan, Resimen 133rd Royal Saxon main bola melawan tentara Skotlandia. Gawangnya dibuat dari topi yang diletakkan. Permukaan tanah saat itu sedang beku.
Meski begitu, ada yang meragukan nilai faktual dari sepakbola Christmas Truce 1914 itu. Dilansir CNN, Profesor Sejarah Modern Inggris di Pusat Perang, Propaganda, dan Masyarakat, Universitas Kent, Mark Conelly, menilai kisah tentang sepakbola itu sudah dilebih-lebihkan dan diromantisir sedemikian rupa.
"Tak ada fakta keras yang bisa diverifikasi tentang pertandingan itu," kata Conelly kepada CNN.
Halaman 2 dari 2