Wolf dan Black adalah anjing pelacak milik Polda Jawa Barat yang dilatih untuk mendeteksi bahan peledak. Keduanya nampak gagah dengan sabuk berwarna merah bertuliskan K-9, salah satu unit yang berada di Direktorat Samapta (Dit Samapta) Polda Jabar. Dua anjing hitam berbeda jenis itu berperawarakan keker.
Wolf merupakan anjing jenis labrador. Sedangkan Black, anjing hasil perkawinan silang antara routweiler dengan herder. Black terlihat lebih besar dibandingkan Wolf. Namun keduanya memiliki kemampuan yang tak jauh berbeda, mampu mendeteksi adanya ancaman teror bom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ginanjar menceritakan suka dukanya bersama Wolf dan Black. Ginanjar bersama anggota lainnya yang menjaga Wolf dan Black harus memiliki tenaga ekstra.
"Tenaga yang dikeluarkan itu kaya dobel. Terus, kadang kita ini kotor-kotoran, kena jilatan anjing dan sebagainya," kata Ginanjar.
Wolf dan Black memiliki peran vital dalam mengamankan stasiun. Setiap harinya, kedua anjing pelacak ini bakal mensterilkan area stasiun.
"Nanti kita sterilisasi di area parkiran stasiun, peron, dan pos penjagaan," kata Ginanjar.
Agar kondisi tubuh Wolf dan Black tetap fit, Ginanjar mengatakan setiap selesai bertugas, kedua anjing pelacak tersebut dilap dengan kain basah dan diberi minuman.
Tahun ini, tahun kedua Wolf dan Black bertugas mengamankan libur nataru. "Usianya Wolf itu baru tiga tahun, bertugas saat usianya satu tahun. Kalau Black saat usianya tiga tahun, sekarang usianya lima tahun," kata Ginanjar.
Tonton juga Jelang Nataru, Polda Metro Musnahkan Ribuan Miras Hingga Ekstasi :
Di tempat yang sama, Direktur Keselamatan dan Keamanan PT KAI John Robertho mengatakan pihaknya menyiagakan 11 ribu petugas gabungan dari unsur internal, polisi dan TNI selama masa angkutan nataru. Termasuk unit K-9 yang bertugas mencegah adanya ancaman teror.
"K-9 kita siagakan. Adanya K-9 ini untuk mencegah kejadian yang terjadi di Jakarta (bom). Semua pengamanan kita kerahkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman," katanya.
Selain itu PT KAI juga mengidentifikasi ratusan titik di beberapa daerah yang termasuk rawan bencana.
"Secara keseluruhan ada 300 titik yang rawan bencana," kata Direktur Keselamatan dan Keamanan PT KAI John Robertho kepada awak media usai apel pasukan di Stasiun Kejakan Kota Cirebon, Jawa Barat, Kamis (19/12/2019).
John mengatakan daerah rawan bencana itu tersebar di beberapa daerah operasi (daop). Namun, lanjut dia, titik rawan bencana yang paling banyak tersebar di Daop 1 Jakarta, Daop 2 Bandung, Daop 3 Cirebon, Daop 4 Semarang, dan Daop 9 Jember.
"Di daop-daop itu ada yang rawan bencana, banjir, longsor dan lainnya. Rata-rata memang karena tanah labil," ucap John.
John mengatakan pihaknya menyiagakan petugas tambahan esktra di daerah rawan bencana. "Kesluruhan petuga ekstra ada 500 orang tambahan untuk antisipasi di wilayah rawan," katanya.
Selain itu, PT KAI juga menyiagakan alat material untuk siaga (AMUS) dan lokomotif cadangan untuk mengantisipasi adanya kejadian. AMUS ditempatkan di beberapa titik untuk memudahkan pergerakan saat adanya kejadian bencana.
Di tempat yang sama, Vice President PT KAI Daop 3 Cirebon Tamsil Nurhamedi menyebutkan sedikitnya ada delapan daerah titik rawan bencana. Delapan titik rawan bencana itu tersebar di antara Stasiun Jatibarang-Haurgeulis, Tanjung Rasa-Cikampek, Sindang Laut-Ciledug dan Songgong-Larangan.
"Di antara Jatibarang-Haurgeulis itu ada empat titik. Ini palung banyak. Kemudian Tanjung Rasa-Cikampek satu titik, Sindang Laut-Ciledug dan Songgong-Larangan itu ada tiga titik. Total delapan titik," kata Tamsil.
Tamsil menyebutkan delapan titik tersebut merupakan daerah rawan tanah labil yang mengakibatkan terjadinya bencana tanah amblas. "Kita siapkan AMUS dan petugas tamabah ekstra untuk mengantisipasi ini," katanya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini