Seperti dilansir CNN, Kamis (19/12/2019), Diperkirakan spesies manusia purba itu punah sebelum berevolusi menjadi manusia modern.
Para peneliti mengatakan bahwa temuan mereka mengkonfirmasi kapan spesies itu punah. Studi ini dipublikasikan Rabu di jurnal Nature.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini menegaskan bahwa Ngandong adalah situs Homo erectus termuda yang ditemukan di mana pun di dunia," kata penulis studi dan ahli paleoantropologi di University of Iowa, Russell Ciochon. "Kami telah mengakhiri kontroversi panjang mengenai usia situs penting ini dalam evolusi manusia," tambahnya.
Proyek penelitian untuk memahami kapan Homo erectus mati dimulai pada tahun 2006. Tim peneliti Ciochon menggabungkan kekuatan dengan ahli geokronologis dan ilmuwan kuaterner, serta tim Kira Westaway.
Sejarah Panjang dan Kematian Massal
Indonesia punya sejarah panjang dengan fosil Homo erectus. Homo erectus dapat mencapai Jawa karena terhubung ke daratan Asia oleh jembatan darat ketika permukaan laut rendah selama periode gletser, kata para peneliti.
Fosil pertama ditemukan di situs lain bernama Trinil pada tahun 1891. Sekitar 200 situs telah ditemukan di seluruh Jawa sejak itu. Fosil Homo erectus tertua di Jawa berasal dari 1,7 juta tahun yang lalu. Menentukan usia fosil termuda menunjukkan berapa lama spesies bertahan sebelum mati.
"Homo erectus adalah spesies yang berumur panjang dengan distribusi geografis besar yang menjadikannya salah satu hominin paling sukses yang pernah hidup," kata Ciochon.
![]() |
Mereka adalah manusia purba tertua yang memiliki proporsi tubuh yang mirip dengan manusia modern, termasuk kasus otak yang diperluas. Tetapi fosil Ngandong mengambil satu langkah lebih jauh.
"Fosil Homo erectus Ngandong memiliki kapasitas tengkorak terbesar dari semua fosil Homo erectus," kata Ciochon.
"Tetapi tanpa bukti tambahan untuk perilaku, kita tidak dapat mengatakan bahwa mereka lebih pintar daripada kelompok Homo erectus lainnya. Karena ukuran otak yang besar, Ngandong Homo erectus disebut sebagai Homo erectus yang paling diturunkan, paling maju,"
"Penelitian kami menunjukkan bahwa Homo erectus kemungkinan punah karena perubahan iklim," kata Ciochon. Lingkungan di Ngandong berubah dari lingkungan hutan terbuka menjadi hutan hujan.
Faktor lain yang menarik untuk situs ini adalah fakta bahwa fosil yang ditemukan berasal dari peristiwa kematian massal yang terjadi di hulu. Banjir mencuci sisa-sisa ke situs, di mana mereka ditemukan. Sayangnya, fosil hewan yang ditemukan selama penggalian Belanda hilang, sehingga keanekaragaman hewan dari situs tersebut tidak diketahui.
Belum ada kesimpulan final soal penyebab kematian massal. Namun, kata Ciochon, bisa saja mereka mati karena tanah longsong yang dipicu gunung berapi. Selama periode glasial dan interglasial yang memungkinkan jembatan tanah terbuka atau tertutup, hutan hujan merayap masuk, menggantikan habitat alami Homo erectus dan hewan di daerah tersebut.
"Mereka mungkin tidak dapat menemukan sumber makanan yang biasanya mereka makan, atau mereka mungkin lebih rentan terhadap predator di hutan hujan," kata Ciochon.
Temuan ini mengubah perspektif kita tentang Homo erectus dan evolusi manusia, kata para peneliti.
"Sekarang kita memiliki garis waktu yang meyakinkan untuk penampilan Homo erectus yang terakhir diketahui, kita dapat mulai memahami di mana mereka duduk di pohon evolusi, dengan siapa mereka berinteraksi, dan mulai mengeksplorasi potensi penyebab kepunahan," ujar dia.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini