Ketimbang Amerika Serikat (AS), Republik Rakyat China (RRC) lebih bersahabat terhadap negara-negara muslim di dunia, termasuk Indonesia. Indikasinya, kata Dubes RRC untuk Indonesia Xiao Qian, China selalu berada dalam satu barisan dengan negara-negara muslim seperti Indonesia dalam menghadapi isu konflik di Timur Tengah.
"Justru kita lihat AS dalam hubungannya antara Palestina dan Israel selalu memihak Israel dan berseberangan dengan negara Arab. Juga banyak membuat kekacauan di Irak, Suriah, Libya dan Afghanistan. Justru China adalah sahabat sejati dunia muslim," papar Xiao Qian kepada Tim Blak-blakan detik.com di kantornya, Rabu (11/12).
Indikasi lain bahwa China bersahabat dengan negara-negara Islam, sambung Xiao Qian, adalah bunyi sebuah hadis, "Tuntutlah ilmu walau sampai negeri China." Khusus dengan Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, China punya relasi khusus di masa lalu, yakni ketika Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam beberapa kali mengunjungi Nusantara ketika berlayar ke Samudera Hindia.
Xiao Qian memaparkan hal itu saat ditanya soal informasi yang selama ini beredar bahwa pemerintah China melakukan tindakan diskriminatif dan kekerasan terhadap kaum muslim Uighur di Provinsi Xinjiang. Dia membantah informasi semacam itu seraya menegaskan bahwa semua undang-undang dan kebijakan di China bertolak dari nilai kesetaraan dan kebebasan antar suku dan antar agama.
"Kalau Bapak ke Xinjiang, Bapak dapat melihat banyak masjid di sana. Bahkan ada kelompok berjumlah sekitar 530 orang punya satu masjid. Jumlah ini sangat banyak daripada di Arab Saudi," ujar Xiao. "Bapak dapat datang ke setiap masjid tanpa ada halangan," sambungnya.
Mantan Duta Besar RRC untuk Hongaria itu menjelaskan populasi suku Uighur ada sekitar satu juta jiwa dan mayoritas beragama Islam. Meski demikian, dari 10 suku beragama Islam di China, yang paling besar bukanlah suku Uighur di Xinjiang melainkan suku Hui yang terkonsentrasi di wilayah Ningxia, Hainan, Gansu, Yunnan, dan Qinghai.
Karenanya Xiao Qian menilai permasalahan etnis Uighur ini mencuat karena ada segelintir orang di dalam suku Uighur yang berkeinginan untuk memisahkan Xinjiang dari China dan mendirikan satu negara merdeka bernama Turkistan Timur. Xiao Qian menegaskan rencana tersebut sangat bertentangan dan tak dapat diterima pemerintah dan masyarakat China. Dia juga menyatakan kaum separatis dari etnis Uighur banyak terlibat tindakan terorisme di Xinjiang.
Mantan Direktur Jenderal Urusan Asia Kementerian Luar Negeri RRC itu juga menyebut gerakan separatis itu mendapat dukungan politik dari sejumlah negara Barat, khususnya Amerika Serikat (AS). Indikasi tersebut terlihat dari langkah Kongres AS meloloskan Uighur Human Rights Policy Act 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira undang-undang itu sangat melanggar hukum internasional dan tata kelola hubungan internasional yang paling dasar. Ini juga menjadi intervensi yang sangat serius bagi urusan domestik China," tegas Xiao Qian.
Masalah Uighur, ia melanjutkan, bukanlah masalah suku atau agama, melainkan masalah persatuan dan separatisme. "Jadi atas nama membela kebebasan agama dan membela kesetaraan antar suku, mereka (AS) memberi tekanan kepada pemerintah China," ucap bapak satu anak ini.
Pada bagian lain, Xiao Qian juga membeberkan aksi unjuk rasa berkepanjangan di Hong Kong. Hal itu, kata dia, juga tak lepas dari intervensi AS dan sejumlah negara Barat. Khusus terkait investasi China di Indonesia, ia menegaskan nilainya masih jauh dari Singapura, Jepang, AS, dan negara lainnya. Karena itu ia menilai anggapan bahwa China akan menguasai Indonesia lewat perangkap atau jebakan utang sangat tidak masuk akal dan tidak berdasar.
Selengkapnya, saksikan Blak-blakan Duta Besar RRC Xiao Qian, "China Sahabat Sejati Dunia Muslim" di detik.com, Jumat (13/12/2019).
Blak-blakan Dubes RRC: China Sahabat Sejati Dunia Islam: