"Kendalanya adalah pengunjung yang tidak menjaga kebersihan. Semua pedagang kaki lima (PKL) merelakan libur dan bersih-bersih, tetapi pengunjung (Malioboro) justru membuang sampah sembarangan," ujar Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) Malioboro Ekwanto ketika ditemui detikcom, Selasa (10/12/2019).
"Ruh Selasa Wage adalah memberikan ruang bernapas bagi Malioboro dengan cara yang telah disepakati bersama," jelas Ekwanto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti yang diketahui, semua PKL libur dan membersihkan sarana dan prasarana saat Selasa Wage, bahkan tempat sampah juga dicuci dan dibersihkan. Selain itu, dia dan timnya di lapangan selalu mengumpulkan sampah secara berkala.
"Selasa Wage jadi kesempatan kami (UPT Malioboro) untuk memperbaiki fasilitas di sana, misal kursi-kursi yang sekrupnya sudah kendur. Jadi momentum untuk memperbaiki semuanya," lanjut Ekwanto.
Selasa Wage juga menjadi waktu untuk pentas kesenian di beberapa titik di Malioboro. Pentas seni tersebut tentunya menarik perhatian pengunjung.
"Yang saya sedih itu, pengunjung sering membawa kebiasaannya di rumah ke sini. Misalnya buang bungkus makanan sembarangan," katanya.
Ekwanto menjelaskan pihaknya tidak mungkin membendung pentas-pentas seni yang menarik perhatian wisatawan tersebut.
"Karena di akhir Selasa Wage itu pasti kotor. Jadi kan kontradiktif," lanjutnya.
"Kami ingin adanya kerja sama dengan agen tur dan travel untuk bersama-sama mengedukasi pengunjung agar menjaga lingkungan Malioboro," ujar Ekwanto. (sip/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini