Fajar merupakan driver GrabCar tuli pertama di Kota Bandung. Ia bergabung menjadi driver taksi online karena ingin membantu sesama dan mendorong perekonomiannya. Setelah mendapatkan restu orang tua, ia pun bergabung pada Juli 2019.
Sebelum bergabung menjadi mitra Grab, Fajar sudah pernah bekerja di sebuah butik. Ia bertugas memotong kain dan lainnya. Karena merasa kurang cocok dan sedikit penghasilan, ia memutuskan berhenti. Sempat menganggur selama setahun, Fajar kemudian mendapat informasi soal lowongan di Grab dari Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia). Ia lantas tertarik mendaftar dan kini telah menjadi mitra Grab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya saya sudah mencari kerja ke banyak tempat, tapi selalu ditolak. Saya bingung. Kemudian, waktu itu, saya dapat info dari Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) soal kesempatan kerja di Grab. Mereka tahu kemampuan menyetir saya sangat baik," ujar Fajar yang dikutip dari blog resmi Grab, Senin (2/12/2019).
Setelah bekerja sebagai mitra GrabCar, Fajar mengaku mengalami perubahan, terutama keberanian untuk berkomunikasi.
"Dulu, waktu saya belum kerja di Grab, kadang-kadang saya merasa kurang percaya diri. Kalau bertemu orang juga khawatir salah ngomong, takut salah paham. Tapi, setelah masuk Grab, saya jadi berpikir, tidak apa-apa, meskipun saya tuli, saya tetap harus berani untuk berkomunikasi. Apalagi saya punya tanggung jawab agar customer selamat sampai tujuan, jadi saya harus berani," tuturnya.
Namun, Fajar sadar akan kemungkinan kesulitan berkomunikasi dengan pelanggan, maka dia selalu mengatakan kepada setiap penumpangnya dengan keterbatasan yang ia miliki.
"Maaf saya enggak bisa dengar. Jadi, kalau mau komunikasi bisa duduk di depan. Saya juga tempel poster (berisi informasi bahwa saya tuli dan informasi lainnya) di mobil saya, supaya customer paham," ungkap dia.
Fajar bekerja mulai pukul 5 pagi hingga magrib. Ia mengaku terbantu secara ekonomi. Hasil jerih payahnya itu dia pakai untuk keperluan sehari-hari, membantu orang tua, ditabung untuk menikah, dan membuat usaha lain.
Kini, Fajar sedang berupaya mewujudkan salah satu mimpinya, yakni membuat Kopi Tuli. Nantinya, selain menjadi tempat ngopi, tempat tersebut juga menjadi ruang bagi masyarakat untuk belajar bahasa isyarat.
"Saya ingin memiliki usaha Kopi Tuli. Kebetulan di Bandung belum ada Kopi Tuli. Saya juga sedang mencari tempatnya. Di sana, orang-orang juga bisa belajar bahasa isyarat," katanya.
Di sisi lain, menanggapi perbedaan antara dirinya dengan mitra lain, Fajar mengaku tidak pernah mempersoalkannya. Fajar mengaku kenyamanan dan kebermanfaatan dirinya untuk orang lain adalah hal utama.
"Saya merasa nyaman dengan pekerjaan ini. Yang penting saya juga berhasil mendapatkan nafkah dari Grab," pungkas dia.
Untuk diketahui, Grab memastikan setiap orang dapat menikmati manfaat dari ekonomi digital, terlepas dari kondisi mereka, termasuk orang-orang penyandang disabilitas. Grab memperkenalkan program 'Mendobrak Sunyi' bekerja sama dengan Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) pada September lalu, dengan menawarkan kesempatan bagi teman Tuli menjadi mitra pengemudi Grab.
Simak Video "Kisah Driver Ojol di Bandung, Ngojek Sambil Gendong Anak"
(prf/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini