Menurutnya selama ini tingginya urbanisasi khususnya untuk kalangan anak muda karena tidak adanya harapan mencari mata pencaharian di desa. Ketiadaan permodalan hingga infrastruktur menjadi hambatan desa berkembang.
"Jangan sampai ketimpangan itu semakin tinggi karena urbanisasi tidak adanya harapan untuk berkembang di desa," ujar Ridwan dalam seminar Desa Tertib Administrasi Apdesi di Hotel Preanger, Kota Bandung, Jumat (29/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan desa mempunyai segudang potensi yang bisa dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat. Namun, perlu pengetahuan lebih dari masyarakat untuk bisa menggali dan memaksimalkan potensi yang ada.
Menurutnya dia sudah bertemu dengan banyak pakar dan ahli yang memiliki pandangan besar dalam membangun desa dengan berbagai prinsip ilmu. Baru-baru ini, ia melakukan pertemuan degan seorang profesor dari India yang siap membantu meningkatkan produksi padi.
"Itu ternyata dari cara produksinya yang salah. Nah dia akan memberikan ilmu dan pelatihan agar produk dari pedesaan bisa melimpah," tutur dia.
Dia menyebut kehadiran 110 patriot desa yang diterjunkan ke 50 desa tertinggal di Jabar diyakini bisa menggerakkan perekonomian di desa. Sebab, mereka dibekali pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan desa.
Misalnya, perusahaan yang ada di desa itu dipimpin oleh patriot desa atau BUMDes-nya mereka yang mengkoordinir.
"Biar nanti BUMDes-nya jalan. Jadi jangan sampai ada desa yang tidak punya perusahaan. Anak muda ini tahu ilmu digital makanya saya suruh pulang (ke desa)," kata RK.
Ketua Asosiasi Kepala Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Jabar Enjoy Rizki mengatakan, dengan banyaknya program turunan untuk menghidupkan desa seperti Desa Wisata, Desa Digital, Patriot Desa dan program lain membuat perekonomian di pedesaan makin hidup.
"Kita juga dengan kecanggihan di desa makin mudah untuk melakukan komunikasi dengan desa lain sehingga saat ada satu desa membutuhkan sesuatu atau ada informasi bagus bisa langsung tersampaikan," ujar Enjoy. (mud/tro)