Soroti Standardisasi Sekolah, Mendikbud Paparkan Konsep Merdeka Belajar

Soroti Standardisasi Sekolah, Mendikbud Paparkan Konsep Merdeka Belajar

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Kamis, 28 Nov 2019 14:14 WIB
Foto: Mendikbud Nadiem Makarim (kiri) (Lisye Sri Rahayu/detikcom)
Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan keberagaman di Indonesia begitu besar. Dia mengatakan standardisasi sekolah akan berdampak buruk apabila terus dilakukan.

"Keberagaman di Indonesia begitu besar sehingga apapun yang kita lakukan untuk menstandardisasi akan ada dampak buruk, yang banyak sekali daerah di Indonesia nggak bisa satu cara. Bagi satu sekolah mungkin kelas V matematika lebih cocok kelas II di Jakarta. Jadi bisa sebaliknya juga. Mungkin sebaliknya di bidang seni level kelas VI tetapi di Jakarta mungkin masih level kelas II," ujar Nadiem di acara Kompas 100 CEO Forum di Ritz Carlton Hotel Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/11/2019).


Nadiem mengatakan sistem pendidikan saat ini sifatnya sangat administratif. Sehingga, kata dia, guru hanya mengajarkan apa yang tertera di silabus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang ini sistemnya karena sifatnya administratif tidak ada kelonggaran. Semua harus mengejar silabus itu terus sampai tuntas dan banyak anak-anak yang tertinggal," ucapnya.

Nadiem menyebut saat ini pihaknya tengah mengusung konsep merdeka belajar. Menurutnya konsep itu membebaskan sekolah untuk menciptakan kreativitas dan inovasi.


"Jadinya platform, apa filsafat yang mengikat perubahan itu adalah konsep merdeka belajar. Siapa yang merdeka? Semua instansi dalam sistem pendidikan kita," katanya.

"Perguruan tinggi merdeka dari aturan pemerintah, dosen merdeka dari lembaga perguruan tinggi, mahasiswa merdeka dari lembaga perguruan tinggi. Sama juga sekolah. Kemerdekaan semua sekolah yang tadinya sifatnya mengawasi malah melayani. Merdeka dari aturan, kemerdekaan guru dalam berkreasi dalam kelasnya sendiri dan kemerdekaan murid dalam menentukan arah dan level yang cocok untuk dia," imbuhnya.



Nadiem menyebut konsep merdeka belajar tidak mungkin dapat diselesaikan selama lima tahun ke depan. Namun setidaknya tugas Kemendikbud saat ini adalah mengganti konsep belajar tersebut.

"Ini suatu konsep yang mungkin sangat berbeda dari yang sekarang, tetapi tidak mungkin akan tercapai dalam 5 tahun. Bisa tercapai mungkin 10-15 tahun. Tapi tugas selama lima tahun ke depan ini adalah paling tidak mengganti konsep," kata dia.

Nadiem mengatakan kemerdekaan belajar itu harus dimulai dari sektor paling bawah, yaitu murid, guru, sekolah dan orang tua. Apabila pergerakan itu tidak dimulai dari bawah, menurut Nadiem program tersebut akan gagal.


"Poin terakhir saya adalah kalau ini hanya sifatnya menjadi anggaran dan kebijakan pemerintah, APBN hanya suatu trigger, kalau masyarakat, swasta, guru, orang tua tidak masuk ke dalam pergerakan ini secara independen secara menyeluruh ini akan gagal. Semua guru tidak mulai bergerak dulu, semua orang tua tidak mulai bergerak dulu, perguruan tinggi bergerak dulu, ini program akan gagal," ucapnya.

Nadiem menyebut konsep yang diusung Kemendikbud saat ini akan sedikit berbeda. Menurut Nadiem pihaknya butuh sebuah gerakan bukan hanya sebuah kebijakan.

"Ini membutuhkan agak sedikit berbeda Kemendikbud. Di mana yang dibutuhkan suatu gerakan, bukan hanya kebijakan. Kami tugasnya untuk memfasilitasi dan menyisir dari halangan dari gerakan tersebut," pungkasnya.


Simak Video "Sambutan dan Kritikan Soal Pidato Hari Guru Menteri Nadiem"

[Gambas:Video 20detik]

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads