"Tidak ada. Kami tak ada makanan lagi. Kalau sudah waktu makan siang, kami coba cicip snack saja," kata Rina, salah seorang korban banjir bandang yang mengungsi di Balai Adat Nagari Pakan Rabaa Timur, Kamis (28/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Air bersih juga tak mencukupi karena banyak pengungsi seperti ini," katanya.
BPBD Kabupaten Solok Selatan mengatakan pihaknya sudah meminta bantuan kepada pemerintah provinsi. Namun, pihak Pemprov tak memberi sesuai permintaan dengan alasan cuaca ekstrem masih panjang hingga harus bersiap untuk daerah lain.
"Kita sudah minta ke provinsi, tapi jawaban provinsi tidak bisa memberikan sesuai kebutuhan yang kita minta. Mereka beralasan cuaca ekstrem diperkirakan masih panjang, sehingga perlu antisipasi untuk daerah lain juga," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Kabupaten Solok Selatan, Rusdi Harmen.
Selain itu, medan yang harus dilewati ke lokasi pengungsian cukup sulit. Menurutnya, stok makanan sudah pernah dikirim tapi habis karena belum stok yang baru belum tersedia.
"Medan yang dilewati cukup sulit. Kita dilanda bencana beruntun, sehingga stok (bantuan) kita habis. Awalnya kan kena bencana tanggal 20 (November), lalu disusul tanggal 22 dan terakhir banjir bandang tanggal 24 (November)," katanya.
Hingga Kamis (28/11) siang, masih ada kawasan yang belum bisa diakses sama sekali, seperti Jorong Manggih. Salah satu relawan, Valerino Tanjung, menyebutkan ada 23 kepala keluarga (KK) yang masih terisolasi atau lebih dari 200 jiwa.
"Kita harus menyusuri jalan sungai dan masuk semak belukar untuk menjangkau lokasi. Jalan awalnya aspal, namun sekarang sudah dipenuhi kayu dan bebatuan, sehingga kita harus menyusuri bantaran sungai. Beberapa titik longsor besar juga ada di sana," jelas Valerino, yang merupakan relawan dari ACT (Aksi Cepat Tanggap).
"Warga di sana sangat membutuhkan bantuan," tambah dia.
Banjir bandang sendiri melanda 9 nagari di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Solok Selatan. Selain menimbun rumah, musibah itu merusak sejumlah fasilitas umum, seperti jembatan. Banjir bandang juga memaksa 580 warga tinggal di pengungsian karena rumahnya tak layak dihuni.
Pemerintah daerah setempat masih menghitung besarnya kerugian akibat bencana. Perkiraan awal, angkanya mencapai Rp 8 miliar lebih.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini