Kemenag Ungkap Cara Deteksi Radikalisme di Lingkungan Pendidikan

Kemenag Ungkap Cara Deteksi Radikalisme di Lingkungan Pendidikan

Kanavino Ahmad Rizqo - detikNews
Selasa, 26 Nov 2019 12:09 WIB
Foto: Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin (Kanavino-detikcom)
Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) mengungkap cara untuk mendeteksi penyebaran radikalisme di lingkungan pendidikan keagamaan. Salah satunya lewat penelitian dengan pertanyaan yang diajukan adalah setuju atau tidaknya Pancasila diganti.

"Nah itu dia tergantung penelitinya. Kan selama ini penelitian-penelitian itu dilakukan terkait intoleransi. Misalnya salah satu pertanyaannya apakah anda setuju kalau misalnya Pancasila itu diganti, kalau ada yang mengatakan setuju, itu berarti radikal secara politis dan itu ancaman yang harus diberikan treatment spesifik," kata Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, di Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (26/11/2019).
Kamaruddin juga mencontohkan pertanyaan lain yang biasa diajukan dalam penelitian. Sejumlah pihak ditanya mengenai setuju atau tidaknya pimpinan mereka berasal dari nonmuslim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada juga pertanyaan yang mengatakan apakah Anda setuju kalau pimpinan Anda itu nonmuslim, misalnya. Ada yang mengatakan setuju, ada yang mengatakan tidak setuju. Mungkin itu bisa dikatakan peneliti sebagai tidak toleran, intoleran dalam konteks... kira-kira begitulah intinya," ujar dia.

Tonton juga BNPT Bantah Eks Menhan Ryamizard soal 3 Persen TNI Terpapar Radikalisme :




Terkait upaya pencegahan radikalisme ini, Kemenag berfokus pada strategi jangka panjang dengan membenahi kurikulum. Tak hanya di tingkat pesantren dan pendidikan tinggi, pembenahan juga dilakukan di tingkat madrasah.

"Kementerian Agama itu mengarusutamakan, mencoba dengan berbagai upaya, upaya-upaya strategis, jangka panjang, terkait dengan kurikulum. Jadi kita melakukan pembinaan secara berkelanjutan, bukan hanya pesantren, bukan hanya perguruan tinggi juga madrasah, kita melakukan pembinaan berkelanjutan yang berdampak jangka panjang, jadi tidak sporadik, tidak supervisial di permukaan, tapi harapannya jangka panjang sustainable, fundamental dan terukur. Sehingga kita masuk di kurikulum-kurikulumnya," ujar dia.



Kamaruddin juga menanggapi temuan BNPT mengenai sejumlah pesantren terindikasi terpapar radikalisme. Menurut dia, hanya ada dua pesantren yang terindikasi terpapar paham radikal.

"Kalau terkait dengan pesantren yang Anda sebutkan tadi, sekarang sebenarnya, jadi hasil yang disampaikan BNPT, itu teman-teman litbang Kemenag, telah melakukan penelitian juga ternyata tidak sebanyak itu, yang berpotensi, masih berpotensi, terindikasi tapi belum sampai ke arah situ. Itu hanya dua yang disebutkan oleh Litbang," ujar dia.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads