Bicara Bela Negara, Ryamizard: Kalau Bukan Kita Siapa Lagi?

Bicara Bela Negara, Ryamizard: Kalau Bukan Kita Siapa Lagi?

Farih Maulana Sidik - detikNews
Senin, 25 Nov 2019 13:44 WIB
Foto: Menhan Ryamizard Ryacudu (Lisye Sri Rahayu/detikcom)
Jakarta -
Menteri Pertahanan periode 2014-2019 Ryamizard Ryacudu menghadiri kegiatan dialog kebangsaan. Dalam diskusi itu Ryamizard berbicara bela negara yang harus ditanamkan dalam diri setiap anak bangsa.
"Semua warga negara wajib untuk bela negara. Kalau engga kita siapa lagi yang belain," ujar Ryamizard dalam diskusi dengan tema Gerakan Semangat Bela Negara Dalam Mengahadapi Ancaman Terorisme, Radikalisme dan Liberalisme, di Restoran Pulau Dua, Komplek Taman Ria Senayan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019).
Ryamizard bercerita sewaktu menjadi Menhan permasalahan bela negara menjadi diperbincangkan antara pro dan kontra. Hingga dirinya dipanggil oleh Presiden Joko Widodo.
"Saya dipanggil presiden, pak menhan kalau menghadirkan sesuatu itu sosialisasi dulu dan apa hukumnya. Langsung saya jawab, maaf bapak presiden ini sudah 13 tahun bukan lagi sosialisasi. Memang orang acuh aja ga bener, saya baru 2-3 bulan meledak," katanya.

Dirinya memetakan menajdi 3 kategori ancaman yang harus diwaspadai bangsa Indonesia. Menurutnya, pertama adalah ancaman yang dia sebut ancaman yang belum nyata.
"Satu ancaman belum nyata artinya perang terbuka antar negara. Saya rasa di Asean ini kecil sekali. Kecuali kedaulatan kita, keutuhan negara terganggu, keselamatan terganggu itu kita perang. Perang itu karena kita mempertahankan negara," katanya.
Kedua, kata Ryamizard ancaman nyata. Ancaman ini, menurutnya seperti yang dilakukan oleh para pemberontak negara semacam teroris dan narkoba hingga ancaman bencana alam.
"Selama saya 4 tahun berapa kali teroris? berapa kali bencana alam? Itu melaksanakan kegiatan apa yang kita lakukan adalah dengan semua ikut berpartisipasi," katanya.
Terakhir, kata dia, perubahan pola pikir. Pola pikir yang dimaksud Ryamizard adalah dalam menangani aksi terorisme di Indonesia ini yang membahayakan. Menurutnya, apa yang diajarkan untuk membuat aksi teror itu banyak yang tak masuk akal sehingga menjadi bagian untuk diperbaiki.
"Selama jadi menteri, 3 kali saya mengundang seluruh rektor se-Indonesia bicara maslaah pentingnya ini. Contoh saja orang baik disuruh belajar yang tidak baik. Kalau orang bunuh diri bakal masuk sorga, ditemenin oleh 72 bidadari. Pertanyaannya sama orang yang nyuruh itu. Kalau tau masuk, saya duluan masuk sorga. Ini nyuruh-nyuruh dia gamau masuk sorga. Ini ga masuk akal," katanya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads