meragukan kemampuan Basuki Tjahaja Purnama (BTP/Ahok) sebagai Komisaris Utama Pertamina. Ini hanyalah satu dari jejak panjang perseteruan Fadli Zon dan
. Fadli terus mengusik Ahok sejak beberapa tahun lalu.
Akhir 2012, Fadli Zon masih mendukung gaya kepempimpinan Ahok. Maklum, Ahok dulu adalah kader Partai Gerindra dan didukung menjadi Wakil Gubernur Jakarta mendampingi Gubernur Joko Widodo (Jokowi) pada Pilgub DKI 2012. Gaya kepemimpinan Ahok yang blak-blakan mulai terdeteksi, dan Fadli mengapresiasi.
"Gaya kepemimpinan Ahok saat ini diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah birokrasi, perburuhan dan sebagainya. Itu cara yang bagus jadi biarkan saja," kata Fadli dalam acara pelantikan organisasi sayap Partai Gerindra, Kristen Indonesia Raya (KIRA), di Kantor DPP Gerindra, Jl RM Harsono, Jakarta Selatan, 1 Desember 2012.
Namun selanjutnya, Fadli terus mengusik Ahok. Berikut catatannya:
1. Fadli Zon: Ahok kutu loncatSeptember 2014, isu Rancangan Undang-Undang (RUU) Pilkada memanas karena memuat rencana Pilkada lewat DPRD. Saat itu, isu Pilkada via DPRD adalah isu yang heboh. Ahok bertekad bakal keluar dari Gerindra bila Gerindra mendukung Pilkada via DPRD.
Ternyata itu bukan sekadar omongan. Ahok benar-benar hengkang dari Gerindra. Fadli Zon menerima pengunduran diri Ahok dan menyatakan kontribusi Ahok kecil untuk Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, pasangan Pilpres 2014 yang diusung Gerindra.
Kinerja Ahok dinilai Fadli tak bagus-bagus amat, kecuali hanya memarahi bawahannya. Fadli menyatakan Ahok adalah kutu loncat. Ahok sebenarnya memang berasal bukan dari Gerindra, melainkan dari Partai Golkar. Sebelumnya, Ahok berasal dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB).
"Kami tidak merasa rugi sama sekali. Ini menunjukkan sosok yang bersangkutan seperti apa. Dia dikenal sebagai politisi pindah-pindah partai. Ini bukti pilkada langsung menghasilkan politisi kutu loncat. Tidak semua tapi sebagian seperti itu," kata Fadli Zon, 10 September 2014.
Menanggapi sindiran itu, Ahok hanya tertawa santai. "Ya memang dari dulu juga sudah kutu loncat. Sudah kutu loncat kok," kata Ahok dengan senyum kepada wartawan di depan pintu kantornya, di Balai Kota, pada hari yang sama.
2. Fadli serang pelantikan Ahok sebagai Gubernur DKIAhok menjadi Gubernur Jakarta karena Jokowi menjadi Presiden RI, pada 2014. Namun Fadli Zon saat itu menilai pengangkatan Ahok menjadi Gubernur Jakarta adalah cacat hukum, karena menurutnya gubernur harus dipilih dulu oleh DPRD.
"Yang kemarin itu (pengangkatan Ahok menjadi Gubernur di DPRD DKI) bodong, bukan paripurna. Jadi jelas aturan mainnya dalam tatib," kata Fadli di Gedung DPR, 17 November 2014.
Menurut Fadli, jika proses pengangkatan Ahok dilanjutkan dengan pelantikan oleh Presiden, maka itu dinilai hanya melanjutkan inkonstitusionalitas. "Saudara Ahok kalau dipaksakan dengan proses yang cacat, dia akan jadi gubernur yang cacat," kritiknya.
Paka tata negara Refli Harun berpandangan Ahok diangkat menjadi Gubernur Jakarta sesuai dengan Perppu Pilkada pasal 203, yang menyatakan wakil kepala daerah mengganti kekosongan posisi kepala daerah.
3. Fadli usik Ahok soal Sumber WarasFadli Zon yang dulu adalah Wakil Ketua DPR ini pernah mendoakan agar Ahok segera mengenakan rompi oranye, alias menjadi tersangka KPK untuk kasus korupsi pengadaan lahan di Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta Barat.
"Tak perlu ahli hukum, bahwa dalam pembelian ini telah terjadi tindak pidana korupsi. Saya bukan doakan sebenernya, tapi dia (Ahok) memang harus segera memakai rompi oranye," kata Fadli di acara Pro Kontra Audit Sumber Waras di Waroeng Daun, Cikini, Jakarta, 16 April 2016 silam. Dia menantang Ahok untuk berdebat soal kasus Sumber Waras. Fadli yakin, ada unsur kerugian negara di kasus itu.
Waktu bergulir. Badan Musyawarah DPR berencana membentuk Panitia Khusus (Pansus) tentang kasus pembelian lahan RS Sumber Waras oleh Pemprov DKI. Ahok menanggapi hal tersebut dengan menyindir Fadli Zon. "Kenapa enggak bikin Pansus ke New York? Gitu bilang (ke DPR)," ujar Ahok yang saat itu menjadi Gubernur Jakarta, di Balai Kota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, pada 28 Juni 2016.
Isu yang disindir Ahok adalah isu permintaan fasilitas dari Fadli Zon kepada Konsulat Jenderal RI New York untuk putri Fadli yang tengah mengikuti kelas musim panas di AS. Fadli, konon, minta penjemputan dari bandara ke penginapan untuk anaknya, Fadli juga sempat meminta pendampingan dari pihak KJRI selama sang putri ada di New York, namun tidak dikabulkan karena keterbatasan anggaran.
Foto ilustrasi: Arief Ikhsanudin/detikcom |
4. Fadli bikin Sajak Tukang GusurFadli dikenal sebagai politikus Gerindra yang kerap bikin syair politik. Untuk Ahok, dia menggubah 'Sajak Tukang Gusur'. Sajak itu dia sampaikan pada suasana jelang Pilgub DKI 2017, Ahok akan berlaga sebagai cagub petahana kala itu.
Fadli Zon mengkritisi gaya kepemimpinan Ahok yang beberapa kali menggusur warga Ibu Kota yang tinggal bantaran sungai. Dia mengaku sudah bertemu warga yang tergusur di Rusun Rawabebek. Berikut sajak Fadli Zon yang berisi sindiran tajam ke Ahok itu:
Sajak Tukang GusurTukang gusur tukang gusurMenggusur orang-orang miskinDi kampung-kampung hunian puluhan tahunDi pinggir dan bantaran kali CiliwungDi rumah-rumah nelayan JakartaDi dekat apartemen mewah dan mall yang gagahSemua digusur sampai hancurTukang gusur tukang gusurMelebur orang-orang miskinMelumat mimpi-mimpi masa depanMembunuh cita-cita dan harapanAnak-anak kehilangan sekolahBapak-bapaknya dipaksa menganggurIbu-ibu kehabisan air mataTukang gusur menebar ketakutan di Ibu KotaGayanya pongah bagai penjajahCaci maki kanan kiriMulutnya srigala penguasaSegala kotoran muntahKawan-kawannya konglomeratCentengnya oknum aparatMenteror kehidupan rakyatIbu Kota katanya semakin indahOrang-orangnya miskin digusur pindahGedung-gedung semakin cantik menjulangOrang-orang miskin digusur hilangTukang gusur tukang gusurSampai kapan kau duduk di sanaMenindas kaum dhuafaTukang gusur tukang gusurSuatu masa kau menerima karmaPasti digusur oleh rakyat JakartaFadli Zon, 19 September 2016Pada 23 September, Fadli berkunjung ke Kampung Akuarium, Jakarta Utara. Di lokasi itu, Fadli diminta warga korban gusuran untuk membacakan kembali sajak itu. Fadli kemudian membacakannya lagi.
5. Ikut Aksi 411Fadli Zon ikut Aksi 411 yang digelar pada 4 November 2016. Aksi itu ditujukan agar Ahok diproses sesuai hukum yang berlaku dalam kaitannya dengan kasus penodaan agama. Kasus itu berawal dari ujaran Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, 27 September 2016.
Awalnya, 28 Oktober 2016, 35 perwakilan ormas Islam menyambangi Gedung DPR. Di antara mereka ada Habib Rizieq Syihab. Mereka menemui Fadli Zon, menampaikan rencana aksi 4 November 2016. Fadli dan satu lagi Wakil Ketua DPR saat itu, Fahri Hamzah langsung bersedia ikut turun ke jalan.
Fadli dan Fahri benar-benar ikut aksi 411 di seputaran Monas hingga depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Aksi tersebut awalnya berlangsung damai. Namun saat hari beranjak gelap, aksi itu menjadi rusuh.
6. Ahok-GateUjaran Ahok di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu membuatnya menjadi tersangka dan terdakwa kasus penistaan agama. Fadli Zon di DPR mengusulkan hak angket, kemudian populer disebut 'Ahok-Gate'. Latar belakangnya, Fadli tidak terima Ahok tidak dinonaktifkan oleh pemerintah pusat.
"Kalau pemerintah nyata-nyata melanggar dan ada keputusan dari anggota DPR ya artinya ini normatif, berikutnya ada langkah untuk menyatakan pendapat. Kalau misalnya itu menjadi keputusan mayoritas DPR," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, 14 Februari 2017.
Saat itu, Ahok sudah sempat menanggapi sejak awal. "Ya tanya saja sama DPR," kata Ahok singkat di Balai Kota.
Saat itu demonstrasi-demonstrasi kontra-Ahok sudah digelar. Pada 23 Februari 2017, usulan hak angket yang diusung oleh Gerindra, Partai Demokrat, PKS, dan PAN ini dibacakan di rapat paripurna DPR. Usulan hak angket ini ditolak oleh 6 fraksi partai-partai pendukung pemerintah minus PAN. Yakni PDIP, PKB, PPP, Golkar, NasDem, dan Hanura.
7. Fadli sebut karangan bunga ke Ahok pencitraanPada April 2017, ribuan karangan bunga tanda simpati untuk Ahok dan pasangan wakil gubernurnya, Djarot Saiful Hidayat, terkumpul di Balai Kota Jakarta. Momen ini terjadi usai pengumuman Pilgub DKI yang akhirnya dimenangkan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang didukung Gerindra.
Fadli Zon angkat bicara. Dia menilai karangan-karangan bunga itu sebagai bentuk pencitraan.
"Saya rasa masyarakat sudah tahulah. Itu bisa bukan efek positif yang didapat, tapi efek negatif, apalagi kalau ketahuan sumbernya itu-itu juga. Jadi pencitraan murahan," kata Fadli di gedung MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, 26 April 2017 silam.
Fadli menilai semua krangan bunga itu kebanyakan berasal dari sumer yang sama. Lebih baik, biaya untuk kareangan bunga itu dialokasikan untuk kepentingan yang lain.
"Itu kalau ada 1.000 karangan bunga kali Rp 1 juta, itu sudah Rp 1 miliar. Kalau Rp 700 ribu, ya Rp 700 juta. Itu kan bisa ngasih makan orang-orang yang perlu dukungan, bisa buat beasiswa, bisa buat anak yatim, dan sebagainya, daripada dibuang-buang seperti itu," imbuhnya.
Foto: Lamhot Aritonang |