"BPBD bersama Dinas PUPR melakukan pemetaan sesar dan patahan. Pemetaan sudah berjalan sekitar dua bulan dan ini masih berlangsung," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten Nur Tjahjono kepada detikcom di sela acara temu relawan bencana di barak Desa Menden, Kecamatan Kebonarum, Klaten, Selasa (19/11/2019).
Dijelaskannya, pemetaan itu untuk mengetahui titik mana saja sesar dan patahan yang aktif. Hasil pemetaan itu akan diinformasikan ke masyarakat dan semua elemen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pemetaan itu nantinya juga akan disusun kawasan rawan bencana (KRB) 1, 2, dan 3. Berikut informasi dan mitigasi kebencanaan yang diperlukan.
"Setelah peta ada dan KRB tersusun, akan ditindaklanjuti dengan monitoring. Kita akan cek jumlah bangunan dan dampaknya," tambahnya.
Namun Nur menyebutkan pemetaan ini tak sebatas karena akhir-akhir ini sering terjadi gempa lokal skala kecil di Klaten. Ada gempa atau tidak, kata dia, pemetaan perlu dilakukan. Sebab, di Klaten ada sesar Dengkeng dan Jiwo.
"Saya juga sering dapat info itu (gempa lokal). Tapi dengan skala di bawah 4 SR mungkin tidak terasa oleh masyarakat," ujar Nur.
Secara teori, jika di wilayah sesar sering terjadi gempa kecil, kemungkinan gempa tektonik skala besar semakin berkurang. Karena gempa kecil itu mengurangi energinya.
"Tapi BPBD tidak akan berspekulasi. Sebab, gempa bisa terjadi tidak terduga seperti pada 2006," ujarnya.
Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Klaten Joko Suprapto menjelaskan pemetaan sejauh ini masih berlangsung dan hasilnya belum bisa disimpulkan.
"Survei ke peta sesar dan patahan masih berjalan. Kami datangi satu per satu bersama petugas Badan Geologi," ungkapnya.
Survei mulai dilakukan pada September dan akan berakhir pada Desember 2019. Ada beberapa wilayah yang disurvei, antara lain Kecamatan Prambanan, Gantiwarno, Wedi, dan Bayat. Menyusul beberapa daerah lain di wilayah selatan.
Sementara itu, warga yang tinggal di wilayah selatan Kabupaten Klaten berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, dalam beberapa tahun terakhir mengaku sering dikagetkan oleh getaran gempa meskipun getaran hanya kecil, tidak seperti gempa pada 2006.
![]() |
Tokoh masyarakat Desa Jabung, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, Suharna mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, bahkan beberapa bulan terakhir, warga memang sering dikagetkan oleh gempa.
"Meskipun skalanya kecil, tetapi beberapa kali membuat kaget warga. Setelah itu ya beraktivitas lagi," katanya, Selasa (19/11/2019).
Gempa yang beberapa kali terjadi itu biasanya bersamaan dengan informasi gempa di kabupaten lain di sepanjang pantai selatan. Seperti jika ada gempa di Kabupaten Wonogiri, Pacitan, maupun Bantul.
Mantan Kades Jabung itu mengatakan selama ini masyarakat selalu siap menghadapi kemungkinan dengan melakukan koordinasi, sosialisasi, dan pelatihan.
Ia menceritakan, saat gempa pada 2006, di desanya hampir 90 persen bangunan rusak. Warga masih ingat kejadian pagi pada Mei 2006 itu.
![]() |
Data dari BMKG, telah terjadi tiga kali gempa yang berpusat di Klaten pada Senin (18/11) kemarin.
Pertama gempa magnitudo 2,3 SR terjadi pukul 12.36 WIB, pusatnya 1 kilometer arah barat daya dari Klaten dengan kedalaman 4 kilometer.
Gempa kedua pukul 19.25 WIB berkekuatan 2,1 SR, berpusat 2 kilometer arah barat laut dari Klaten dengan kedalaman 5 kilometer. Dan gempa ketiga terjadi pukul 22.30 WIB, berkekuatan 1,7 SR dengan pusat 1 kilometer arah utara dari Klaten dengan kedalaman 4 kilometer.
Sebelumnya, gempa terjadi di Klaten pada 10 Oktober lalu. Bermagnitudo 2,2 SR, gempa terjadi pukul 02.40 WIB berpusat 13 kilometer barat laut Klaten dengan kedalaman 10 kilometer.
Pada 7 Oktober, juga terjadi gempa skala 2,1 SR berpusat 16 kilometer arah barat daya dari Klaten dengan kedalaman 15 kilometer. Lalu pada 9 April 2019, terjadi gempa 2,2 SR berpusat 1 kilometer barat laut Klaten dengan kedalaman 10 kilometer. Terjadi pada pukul 12.46 WIB.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini