Seperti halnya keberadaan rumah singgah Soedirman yang menjadi saksi bisu pertama kali Jenderal Besar Soedirman ditandu dalam memimpin Perang Gerilya melawan penjajah. Selain itu terkait keberadaan sumur Bung Karno yang berada di dusun tersebut sebagai salah satu situs sejarah.
Direktur Festival Sejarah di Dusun Grogol, Eko Setyo Raharjo, menjelaskan bahwa festival ini baru pertama kalinya digelar. Hal itu setelah warga mendapat pelatihan terkait mengidentifikasi dan mendokumentasikan sejarah di Dusun Grogol IX dari Indonesian Visual Art Archive (IVAA) Yogyakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terus ada juga tempat persinggahannya Jenderal Soedirman di rumah Pak Lurah Hadi Harsono. Persinggahan itu dipakai Pak Dirman untuk menyusun strategi gerilya melawan penjajah," imbuh Eko.
Berdasar temuan itu, warga ingin membuat festival untuk mengingatkan lagi keberadaan situs-situs sejarah yang ada di Dusun Grogol IX. Selain itu, mengajak warga untuk bersama-sama merawat keberadaan situs tersebut.
"Tujuannya itu, pertama untuk mengingat kembali (Dusun) Grogol dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, kedua memaknai situs di Grogol dan sekitarnya sebagai peninggalan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Terakhir, mempertemukan warga melalui sejarah masa lalu dan masa kini Grogol," katanya.
Lebih lanjut, festival tersebut terdiri dari makam bersama makanan favorit Jenderal Besar Soedirman seperti pecel dan tahu goreng. Lalu berlanjut dengan sesi talkshow, pameran foto dan video di rumah singgah Soedirman dan tur ke situs peninggalan Bung Karno dan Gumuk Pasir menggunakan kereta kelinci bersama 30 siswa dan warga sekitar.
"Untuk yang dipamerkan ini ada benda yang asli dan replika, yang replika seperti kursi (untuk memandu Jenderal Besar) Soedirman. Untuk foto-fotonya sendiri ada foto terdahulu yang discan dan cetak ulang," katanya.
Sementara itu, Kepala Dusun Grogol XI, Kamrihadi mendukung penuh festival tersebut. Ia menjelaskan, bahwa rumah singgah Jenderal Besar Soedirman ini sebenarnya milik Hadi Harsono. Menurutnya, rumah tersebut dikenal menjadi rumah singgah karena pada tahun 1948 Jenderal Soedirman singgah dan menginap satu malam di rumah yang terletak di tengah Dusun Grogol IX.
"Jadi Pak Dirman pernah tinggal semalam di sini (Rumah Singgah Jenderal Soedirman) untuk menyusun strategi gerilya. Selain itu, (singgahnya Soedirman) untuk bersembunyi menghindari kejaran tentara Belanda saat itu," katanya.
![]() |
Selain itu, Kamrihadi menyebut bahwa rumah singgah ini menjadi saksi bisu Jenderal Besar Soedirman mulai ditandu karena kondisi kesehatannya yang semakin memburuk. Menurutnya, kursi milik Hadi Harsono lah yang pertama kali digunakan untuk menandu Jenderal Besar Soedirman.
"Saat itu kondisinya (Soedirman) mulai sakit, dan mulai ditandu dari sini menggunakan kursi punya Pak Hadi. Rutenya (Soedirman) ditandu lewat sumur Sukarno, gumuk pasir sampai (Kecamatan) Panggang (Kabupaten Gunungkidul), dan di Panggang Pak Dirman mulai ditandu orang sana (Gunungkidul)," katanya.
Menyoal sejarah terbentuknya sumur Bung Karno, ia mengaku tidak begitu mengetahuinya secara pasti. Namun, ia menyebut lokasi sumur itu berada sekitar 800 meter dari rumah singgah, tepatnya 15 meter dari pinggir jalan Parangtritis.
"Sumurnya berada di lahan kosong di pinggir jalan dan sudah tidak berfungsi," ucapnya.
Salah seorang saksi sejarah dan tokoh Dusun Grogol IX, Teguh (85), menjelaskan bahwa sumur itu dibangun sekitar tahun 1920an. Di mana saat itu, Bung Karno pernah menetap beberapa bulan di (Desa) Parangtritis untuk tetirah, sekaligus mengorganisir para pemuda untuk berjuang merebut kemerdekaan.
"Sumur ini dibuat antara tahun 1925 sampai 1930. Mungkin alasan Pak Karno membuat sumur ini karena punya insting yang kuat (dari segi spiritual)," katanya.
![]() |
Selain itu, alasan lain dibangunnya sumur tersebut berdasar pada jangka Jayabaya yang menyebut Indonesia akan mengalami masa kejayaan jika muncul pasar getun gumun di pesisir Pantai Selatan. Karena itu, Soekarno membangun sumur tersebut untuk memicu munculnya pasar tersebut.
"Indonesia itu jaya-jayanya nanti kalau di sana (sekitar lokasi sumur Bung Karno) tukul (muncul) pasar getun gumun, karena itu pak Karno bikin (Sumur) sini. Tapi sampai saat ini belum ada pasar getun gumun," ucapnya.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini