Seperti dilansir AFP, Senin (18/11/2019), Paus Fransiskus yang berusia 82 tahun ini, akan terbang ke Asia pada Selasa (19/10) waktu setempat. Paus Fransiskus akan tiba di Thailand pada Rabu (20/11), baru kemudian melanjutkan penerbangan ke Jepang pada Sabtu (23/11) nanti.
Saat berada di Jepang, Paus Fransiskus akan mengunjungi langsung kota Nagasaki dan Hiroshima yang hancur akibat serangan nuklir yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) saat PD II lalu. Paus Fransiskus akan berada di Jepang hingga 26 November mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun Thailand dan Jepang memiliki populasi Katolik kurang dari 0,6 persen, Paus Fransiskus diketahui sangat ingin mengelar dialog antaragama.
Kunjungan ke Nagasaki dan Hiroshima dijadwalkan akan digelar pada Minggu (24/11) waktu setempat.
Diketahui bahwa sedikitnya 74 ribu orang tewas akibat serangan bom atom di Nagasaki dan 140 ribu orang tewas di Hiroshima. Pengeboman pada 6 Agustus dan 9 Agustus 1945 silam berkontribusi pada penyerahan diri Jepang dan berujung pada berakhirnya Perang Dunia II.
Yoshio Kajiyama yang merupakan direktur pusat sosial Yesuit di Tokyo, yang diketahui lahir di Hiroshima, tidak sabar menunggu pidato anti-nuklir Paus Fransiskus. "Kakek saya meninggal pada hari saat bom mengguncang di Hiroshima, saya tidak pernah mengenalnya. Empat hari kemudian bibi saya meninggal ketika dia baru berusia 15 tahun," ucap Kajiyama (64). "Jika Anda tumbuh besar di Hiroshima, Anda tidak bisa melupakan bom itu," imbuhnya.
Dalam pernyataan kepada forum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada September lalu, Kardinal Pietro Parolin yang merupakan orang nomor dua di Vatikan menyatakan Paus Fransiskus akan menyampaikan 'seruan sekuat mungkin demi mendukung langkah bersama untuk sepenuhnya menghapuskan senjata nuklir'.
"Menggunakan energi atom untuk mengobarkan perang sungguh tidak bermoral," tegasnya saat itu.
Sementara itu, seorang mantan anggota misi diplomatik Jepang untuk Vatikan, Shigeru Tokuyasu, menyatakan harapannya agar kunjungan Paus Fransiskus itu akan bisa menarik dunia dari 'globalisasi ketidakpedulian' atas senjata nuklir. Namun, lanjut Tokuyasu, Paus Fransiskus sebaiknya menghindari membahas isu energi nuklir yang sensitif secara politik.
Disebutkan juga bahwa selama di Jepang, Paus Fransiskus akan bertemu dengan para korban gempa dan tsunami dahsyat pada tahun 2011 lalu.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini