Penjelasan soal radikalisme Islam dipaparkan oleh profesor bidang Islam dan politik dari Universitas Islam Indonesia, Noorhaidi Hasan, diakses dari situs Kementerian Agama, Minggu (17/11/2019).
Dia memahami, radikalisme tidak selalu berkaitan dengan terorisme, tetapi radikalisme adalah fondasi terjadinya terorisme. Terorisme sendiri bertujuan untuk menimbulkan ketakutan dan membuat perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Lalu apa itu radikalisme Islam?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 1928, berdirilah Ikhwanul Muslimin (IM), tokohnya adalah Hassan Al Banna. Organisasi ini mengalami jatuh bangun di bawah pemerintahan Mesir. Pemberangusan gerakan Ikhwanul Muslimin sejak Perdana Menteri Mesir Muhammad Fahmi Naqrasyi tahun 1948, Gamal Abdul Nasser, Anwar Sadat, hingga di masa Presiden Husni Mubarak.
Momentum perkembangan ideologi Islamisme terjadi usai kekalahan dunia Arab dalam Perang 1967 melawan Israel. Peristiwa itu menyadarkan banyak orang tentang kegagalan rezim-rezim berkuasa di negara-negara Islam.
"Sayyid Qutb membawa visi tentang pengambilan kontrol negara ke titiknya yang ekstrem: takfir dan revolusi melalui jalan kekerasan," kata Noorhaidi Hasan. Takfir adlah penjatuhan vonis kafir pada golongan muslim lainnya.
Sayyid Qutb Ibrahim Husayn Shadhili (1906-1966) adalah anggota Ikhwanul Muslimin yang dihukum gantung tahun 1966 atas tuduhan merencanakan pembunuhan Presiden Gamal Abdul Nasser.
"Ideologi jihad yang berkembang di kalangan Ikhwan setelah eksekusi terhadap Qutb pada 1966 menyebar ke berbagai belahan dunia sebagai by-product kampanye Saudi Arabia yang berambisi mengukuhkan posisi geo-strategiknya sebagai pusat dunia Islam dan menyebarkan Wahabisme," tulis Noorhaidi.
Dilansir The Guardian, Qutb pernah menjadi Menteri Pendidikan di Mesir namun merasa tertekan oleh pengaruh Inggris. Aktivisme politik yang menentang Gamal Abdul Nasser membuatnya dipenjara dan disiksa bersama dengan anggota-anggota Ikhwanul Muslimin lainnya. Di penjara, dia menulis buku, salah satu yang berpengaruh luas adalah buku Ma'alim Fi'l Thariq (Milestones), terbit tahun 1964.
Sejarawan Tom Holland dalam trilogi The Power of Nightmares (2004) menyebut asal muasal ideologi kekerasan dari ISIS adalah Sayyid Qutb. Pemikiran Qutb juga menginspirasi al-Qaida, kelompok teror sebelum ISIS. Semangat radikal Ikhwanul Muslimin juga menyebar ke Afghanistan.
Bagaimana di Indonesia? Kembali ke pemaparan Noorhaidi, gerakan Islam trans-nasional menyentuh Indonesia termasuk organisasi dari Mesir yang sering disingkat sebagai IM itu. IM mempengaruhi kelompk Negara Islam Indonesia (NII).
"Setelah bersentuhan dengan ide-ide Ikhwan al-Muslimin, kegiatankegiatan NII berkembang mengikuti pola Ikhwan al-Muslimin. Salah satu simpul terpenting gerakan NII adalah Pesantren Ngruki yang didirikan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir, yang gigih menyerukan semangat melawan pemerintahan sekular, dengan terlebih dahulu membentuk Jamaah Islamiyah," tulis Noorhaidi.
![]() |
Tapi apakah Ikhwanul Muslimin itu teroris?
New York Times pernah menulis berita tentang pertanyaan itu. Konteksnya, pada April 2019, Presiden AS Donald Trump ingin menyatakan IM sebagai organisasi teroris.
Pejabat di Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS keberatan dengan rencana Trump itu. Soalnya, IM tidak masuk dalam syarat-syarat sah definisi kelompok teroris. IM juga berkali-kali mengutuk terorisme dan aksi kekerasan, bahkan sejak zaman Hassan Al Banna tahun 1948. Maka New York Times berani menuliskan jawabannya, bahwa IM di Mesir bukan organisasi teroris.
IM menyerukan pemilu demokratis pada era kekinian, untuk melawan pemerintahan otoriter di seluruh dunia Arab. Dulu, IM juga memenangi pemilu saat era Presiden Hosni Mubarak. Mereka juga memenangi pemilu parlemen setelah Hosni Mubarak lengser tahun 2011. Presiden Mohamed Morsi juga orang IM. Parlemen dibubarkan oleh militer pada 2012 dan Morsi diusir tahun 2013.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengklasifikasikan IM sebagai kelompok teroris dan menuduh IM berada di balik sejumlah serangan teror. Namun IM selalu membantahnya.
Namun demikian, cabang-cabang IM di luar Mesir-lah yang kemudian berkembang menjadi kelompok teror, atau setidaknya otoritas Barat menyebutnya demikian. Hamas di Palestina adalah salah satunya. Di luar itu, kelompok-kelompok yang terafiliasi IM ada di banyak negara dan punya varian yang bermacam-macam, hingga berbeda dengan versi Mesir.
Pemimpin Al Qaeda, Ayman Al Zawahiri adalah mantan anggota IM. Dia pernah menulis buku berjudul 'Panen Pahit' berisi rintihan dan kutukan terhadap sikap IM yang menolak kekerasan. IM Mesir juga secara konsisten mengutuk Al Qaeda.
![]() |
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini