Jakarta - Massa Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) melakukan aksi unjuk rasa di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Massa sempat terlibat ricuh dengan aparat polisi lantaran salah satu peserta aksi, diduga dipukul oleh oknum polisi.
Ketua Distrik LSM GMBI Jakarta Timur Tomy A Leleulija mengatakan, awalnya massa melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Kejagung, Kabayoran Baru, Jaksel. Selesai dari situ, massa melintas PTIK untuk melanjutkan aksi di depan gedung KPK.
"Pas di perempatan PTIK berpapasan dengan iring-iringan Kapolri, mereka mendahulukan rombongan Kapolri dan sementara kami juga kan dikawal. Di situ terjadi miss komunikasi," kata Tomy saat dihubungi
detikcom, Rabu (6/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kericuhan pun terjadi hingga terjadi percekcokan dan berakhir pemukulan terhadap peserta aksi yang diduga dilakukan oleh oknum polisi. "Ternyata nggak lama polisi dan TNI di situ main pukul adu jotos. Ada dua anggota kami kena pukul, memar di bibir dan pecah bibirnya," imbuh Tomy.
Tomy berharap polisi mengusut insiden tersebut. Tomy meminta oknum yang memukul diproses sesuai aturan yang berlaku.
"Kami berharap, karena videonya sudah ada sama anggota kami dan ini viral, kami harap polisi dan ada selesaikan ini dengan baik, anggota agar diproses hukum tetap berjalan," tuturnya.
Adapun tuntutan massa yakni meminta Kejagung dan KPK mengusut laporan GMBI soal mantan Bupati Kabupaten Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum. Massa juga KPK untuk segera memproses Wali Kota Tasikmalaya yang kini sudah menjadi tersangka di KPK.
"Status tersangka yang ditetapkan KPK ke wali kota Tasikmalaya namun tidak ditahan, bahkan sudah melantik dan mengangkat pejabat baru di Pemkot Tasilkmalaya," tutur Tomy.
Sementara Kapolres Jakarta Selatan Kombes Bustoni Purnomo mengatakan, kericuhan terjadi karena adanya kesalahpahaman angggota di lapangan dengan peserta aksi.
"Itu massa GMBI yang unras di Kejagung mau ke KPK lewat PTIK, mungkin ramai-ramai, terus ada miss komunikasi dengan anggota yang jaga di gedung PTIK," kata Kombes Bustoni saat dihubungi secara terpisah.
Kericuhan disebutnya hanya berlangsung singkat. Situasi berhasil dikendalikan dan massa kembali tenang.
Massa kemudian melanjutkan aksi ke depan KPK dengan pengawalan aparat polisi.
"Sudah selesai nggak ada masalah, mereka dikawal sama Dalmas dan Kabagops ke KPK," tuturnya.
Kejadian ini tidak sejalan dengan program Aspira yang dicanangkan Polres Jaksel. Namun, Bustoni menyebut, bahwa massa aksi mayoritas berasal dari luar Jakarta.
"Ini massa kebanyakan dari Bandung, Tasikmalaya, Karawang, sehingga pemberitahuannya ke Polda Metro, bukan ke kita," ucap Bustoni.
Program Aspira sendiri sejatinya dicanangkan Polres Jaksel agar aksi unjuk rasa berlangsung tertib dan damai. Polres Jaksel menyiapkan layanan bus gratis untuk menganter-jemput massa dari titik kumpul ke lokasi aksi hingga kembali ke titik kumpul awal.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini