Jakarta - Pengamat tata kota ikut menyoroti kebijakan
Pemprov DKI Jakarta yang membongkar atap jembatan penyeberangan orang (JPO) di Sudirman, Jakarta. Mereka menilai desain JPO dengan atap terbuka tidak cocok untuk DKI Jakarta karena dinilai kurang memberi kenyamanan bagi warga DKI.
"JPO itu harus nyaman digunakan dalam situasi dan kondisi apapun. Jakarta punya dua faktor cuaca yang sangat mempengaruhi orang mau menggunakan JPO. Saat panas matahari terik, dan saat hujan turun. Sisi keindahan tanpa mengedepankan sisi kenyamanan, dan keamanan, tidak akan menghasilkan JPO yang benar-benar fungsional," ujar pengamat tata kota, Yayat Supriyatna saat dihubungi, Selasa (5/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Yayat, dengan konsep atap terbuka itu bisa menimbulkan rasa malas bagi pejalan kaki untuk menggunakan JPO. Sebab, JPO tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti saat hujan bisa dipakai berteduh ataupun menghindari teriknya matahari saat menyeberang.
"Masyarakat kita sudah punya kebiasaan malas jalan kaki, apalagi saat JPO nya basah dan panas. Jadi, menurut saya tolong dipertimbangkan aspek-aspek fungsional lainnya. Salah satu yang menarik di Jakarta adalah JPO menjadi tempat berteduh saat turun hujan di Jakarta, maklum Jakarta minim tempat berteduh," katanya.
"Kalau orang lagi jalan tahu-tahu kehujanan. Mau di mana berteduhnya? Kalau panas, masih mau jalan kaki? Saya 30 (tahun) jalan kaki di Jakarta, sudah merasakan pahit getirnya jadi pejalan kaki," imbuhnya.
Waduh! Ujung JPO Ini Malah di Jalan Raya:
Ungkapan yang sama juga dilontarkan oleh Nirwono Yoga seorang pengamat tata kota juga, Ia menilai disain JPO yang tidak beratap itu tidak ramah untuk pejalan kaki khususnya ibu hamil dan lansia. Ia juga meminta Pemprov mematangkan lagi konsep JPO ini dengan menyesuaikan musim di Jakarta.
"Standar JPO itu konstruksi kokoh aman, ramah buat pejalan kaki termasuk anak-anak, ibu hamil, lansia dan disabilitas, terhubung baik dengan trotoar. Terbuka atau tertutup atap JPO untuk Jakarta yang panas dan tropis, tentu dibutuhkan atap sebagai peneduh JPO, tidak bisa terbuka semua, tetapi sedikit terbuka masih tidak apa, yang utama penyeberang tidak kepanasan atau kehujanan saat melintas JPO," jelas Nirwono.
Meski begitu, Nirwono mengapresiasi Pemprov DKI yang sudah melakukan renovasi JPO khususnya di kawasan Sudirman. Ia meminta agar Pemprov dalam hal ini
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terus memperhatikan kondisi JPO.
"Catatan saya, kita apresiasi upaya mempercantik JPO khususnya di Sudirman, kedua sebaiknya Dinas Bina Marga menyampaikan berapa jumlah JPO di Jakarta, bagaimana kondisinya. Ketiga, dengan keterbatasan anggaran DPRD merevitalisasi JPO yang masih baik/aman/layak pakai, lebih baik diutamakan dana anggaran yang terbatas tersebut digunakan untuk memperbaiki JPO yang masuk kategori merah dulu, demi keselamatan pejalan kaki," tuturnya.
Diketahui, JPO di antara Menara Astra dan Wisma Bumiputera di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, kini tidak lagi beratap. Pemprov DKI beralasan atap dicopot agar pejalan kaki bisa melihat pemandangan.
"Jadi tidak hanya sebagai fungsi menyeberang, tapi jadi wahana bisa memandang Jakarta secara luas terbuka. Kan (pemandangan) gedung semua," ucap Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho, saat dihubungi, Selasa (5/11).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini