Seperti dilansir Reuters dan AFP, Kamis (31/10/2019), menghadapi pertanyaan agresif para anggota parlemen AS selama berjam-jam, Muilenburg berulang kali menegaskan dirinya tidak akan mundur dari jabatannya sebagai Chief Executive pabrikan pesawat terbesar dunia itu.
Pemeriksaan terhadap Muilenburg yang dipimpin oleh Komisi Transportasi dan Infrastruktur pada House of Representatives (HOR) atau DPR AS ini digelar sejak Selasa (29/10) waktu setempat dan berlanjut hingga Rabu (30/10) waktu setempat. Pemeriksaan digelar menyusul dua tragedi Lion Air dan Ethiopian Airlines yang menewaskan total 346 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam salah satu interaksi paling sengit, anggota parlemen AS dari Tennessee, Steve Cohen, bertanya kepada Muilenburg soal mengapa dia tidak memotong gajinya sebagai bentuk tanggung jawab untuk korban. Pada tahun 2018, total paket kompensasi Muilenburg, menurut dokumen sekuritas, dilaporkan mencapai angka US$ 23,4 juta atau setara Rp 322,8 miliar. Total paket kompensasi merupakan jumlah gabungan dari gaji dan tunjangan yang diterima seseorang.
"Apa artinya akuntabilitas -- apakah Anda memotong gaji Anda? Apakah Anda bekerja tanpa bayaran mulai sekarang hingga Anda bisa menyelesaikan persoalan ini? Kerabat dari orang-orang ini tidak kembali, mereka meninggal. Gaji Anda masih akan ada," ucap Cohen sambil menunjuk ke arah keluarga korban.
"Setelah dua kecelakaan mengerikan yang membuat banyak orang meninggal, Anda tidak memotong gaji Anda. Anda tidak bertanggung jawab," tegasnya.
"Bapak anggota Kongres, ini bukan soal uang bagi saya," jawab Muilenburg. Kemudian dia menyebut bahwa dirinya dan para pejabat eksekutif Boeing tidak akan menerima bonus sepanjang tahun ini.
Anggota parlemen AS dari California, John Garamendi, menyinggung 'masalah kualitas yang serius' pada pesawat-pesawat produksi Boeing lainnya seperti 787 Dreamliner dan pesawat tanker udara KC-46. "Anda memiliki masalah sistemis di perusahaan Anda. Anda mengutamakan profit dibanding kualitas dan keselamatan," tegasnya.
Pemeriksaan pada Rabu (30/10) waktu setempat fokus pada sistem anti-stall Boeing 737 MAX yang disebut sistem MCAS. Laporan-laporan menyebut sistem MCAS secara otomatis dan berulang kali mendorong hidung pesawat ke bawah dalam dua tragedi Lion Air dan Ethiopian Airlines, saat pilot berjuang untuk mengendalikan pesawat.
Parlemen AS merilis dokumen-dokumen Boeing yang menunjukkan perusahaan itu sempat mempertimbangkan untuk menambahkan MCAS failure alert pada panel kontrol penerbangan 737 MAX. Satu dokumen lainnya berisi peringatan bahwa jika pilot gagal merespons situasi selama lebih dari 10 detik, maka aktivasi sistem MCAS akan berujung bencana besar.
Muilenburg di hadapan anggota parlemen AS mengakui kesalahan yang dilakukan Boeing saat mengembangkan MCAS. "Kami membuat beberapa kesalahan," ucapnya. Hal ini sempat selama berbulan-bulan tidak diakui oleh Boeing.
Pemeriksaan babak kedua ini secara garis besar menunjukkan penerimaan Boeing atas kesalahan-kesalahannya. Namun Muilenburg tidak memenuhi tuntutan yang diminta anggota parlemen dan keluarga korban. Di hadapan anggota parlemen AS, Muilenburg menyatakan dirinya tidak mengajukan pengunduran diri usai dua tragedi Lion Air dan Ethiopian Airlines, sebagai bentuk tanggung jawab.
"Dua kecelakaan ini terjadi di bawah pengawasan saya. Saya merasa bertanggung jawab untuk melalui ini," ucap Muilenburg. "Saya tumbuh besar di peternakan di Iowa dan ayah saya mengajarkan bahwa Anda tidak melarikan diri dari tantangan dan ini adalah situasi menantang. Tanggung jawab saya untuk tetap bertahan dan membantu tim kami berupaya melaluinya dan mempersiapkan Boeing untuk masa depan," imbuhnya.
Namun anggota parlemen AS dari Florida, Debbie Muscarsel-Powell, menuturkan kepada Muilenburg bahwa dia harus mundur dari jabatannya sekarang juga. "Tuan Muilenburg, jika Anda memiliki sedikit saja integritas, Anda akan tahu bahwa hal yang bertanggung jawab adalah mengundurkan diri," tegasnya.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini