Terlebih, tidak ada petugas yang berjaga di pos pantau Rutan. Hal itu memudahkan kelima napi untuk kabur dengan cara melompat dari tembok Rutan.
"Jadi pada waktu (pintu sel) dibuka saat salat (ashar), mereka (5 napi) keluar dan kamar mandi. Nah, dari kamar mandi itu mereka masuk ke gorong-gorong, dan di gorong-gorong itu mereka buka teralis (terbuat dari besi) dengan dibenggang (dibuka paksa) pakai kayu," paparnya Minggu (27/10/2019) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendapati fakta tersebut, Krismono mengaku telah meminta keterangan petugas Rutan. Hasilnya, petugas Rutan mengaku bahwa ia meninggalkan pos pantau untuk melaksanakan salat ashar.
"Tadi saya sudah tanyai petugasnya, dia bilang turun (dari pos pantau) untuk salat, dan itu salah menurut SOP, itu saya anggap keteledoran dari petugas. Karena kalau di situ (pos pantau) ada petugasnya tentu tidak akan mungkin mereka bisa lari (dari Rutan)," katanya.
"Dan besok akan saya periksa (petugas Rutan Kelas II B), saya akan ambil tindakan tegas karena itu kesalahan, kelengahan dan keteledoran dari petugas," imbuhnya.
Krismono mengakui bahwa jumlah petugas di Rutan tersebut memang sangat terbatas. Mengingat dari 4 pos pantau hanya 2 yang terisi.
"Memang petugas kita sangat terbatas sekali, yang petugas inti (penjaga pos pantau) 4 orang PNS ditambah 3 CPNS, dan 3 CPNS itu belum bisa sendiri, harus dibackup," katanya.
"Karena itu, kami minta ke Karutan (Kepala Rutan), khususnya kepala pengamanan (Rutan) supaya meningkatkan kewaspadaan dan membagi tugas dengan benar," sambung Krismono.
Sementara itu, Kepala Rutan Klas II B Wates, Deny Fajariyanto, mengakui bahwa kelima napi yang kabur memanfaatkan waktu salat ashar untuk masuk ke gorong-gorong kamar mandi. Setelah berhasil keluar, mereka menuju pos pantau untuk selanjutnya keluar dari rutan dengan cara melompati tembok belakang Rutan.
"Memang napi bukak pintu saat salat ashar jam 3 sore, tapi mereka malah ke kamar mandi dan lewat gorong-gorong untuk keluar. Setelah keluar (dari gorong-gorong) lewat pos atas (dan lompat dari tembok Rutan untuk kabur)," ucapnya.
Menyoal tidak adanya petugas di pos pantau, Deny mengaku akan segera menindaklanjutinya. Hal itu agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.
"Menara jaga kita ada 4, yang terisi sementara ada 2. Yang jelas akan kita tindaklanjuti mana anggota yang meninggalkan SOP," katanya.
Terkait pemilik tas yang tersangkut di pagar kawat berduri dekat pos pantau, Deny mengaku belum bisa mengungkapkannya. Hal itu karena saat ini masih dilakukan penyelidikan.
"Itu (tas yang tersangkut di pagar kawat berduri) ditengarai sebagai alat untuk (kelima napi) melarikan diri. (Untuk siapa pemiliknya) kita masih menunggu pengembangan," ucap Deny.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini