"Benar (Jokowi mengundang PKS). Karena itu disampaikan ke saya langsung dan itu disampaikan ke Pratikno, dan saya juga dengan Pak Sohibul ditelepon oleh pejabat Istana lain, dan ada juga kawan-kawan dari partai yang menyampaikan hal itu," kata Hidayat di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/10/2019).
Baca juga: Prabowo ke Istana, PKS Tak Merasa Ditinggal |
Undangan itu disampaikan saat para pimpinan MPR bertandang ke Istana pada Rabu (16/10) lalu. Saat itu, kata Hidayat, Mensesneg Pratikno mengajaknya untuk berbicara langsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hidayat menyebut partainya konsisten mengambil sikap berada di luar pemerintah dan mempertimbangkan suara konstituen mereka. Hidayat mengatakan PKS menyambut baik silaturahmi dengan Jokowi tapi mempertimbangkan waktu yang tepat.
"Berpolitik itu bekerja sama membangun negeri. Tapi timing-nya juga harus dipertimbangkan. Kalau timing-nya sekarang ini pasti framing-nya opini yang dibuat oleh rekan-rekan media atau siapa pun, PKS minta jabatan kursi, PKS deket-deket, mau koalisi, bla-bla-bla...," tutur Hidayat.
"Itu akhirnya buruk untuk semuanya. Buruk untuk demokrasi, terutama karena tidak ada lagi kemudian yang menjaga demokrasi," lanjut dia.
PKS, masih kata Hidayat, ingin menyelamatkan marwah demokrasi dengan tetap menjadi penyeimbang pemerintah. Hal itu, disebut Hidayat, juga telah disampaikan kepada Pratikno.
"Saya juga bilang kepada Pak Pratikno, 'Mas, Prof, apa kata dunia kalau semuanya masuk dalam kabinet? Demokrasi Indonesia bagaimana bentuknya?' Jadi kami ingin menyelamatkan marwah demokrasi, kami ingin menghadirkan demokrasi yang rasional, yaitu ada checks and balances," ucapnya.
Simak juga video "PKS: Ide Jokowi Ambil Seluruh Partai Politik Sesuatu yang Bahaya!" :
(azr/tor)