Tolak 2 Gelandangan Saat Topan Hagibis, Kamp Evakuasi di Tokyo Dikecam

Tolak 2 Gelandangan Saat Topan Hagibis, Kamp Evakuasi di Tokyo Dikecam

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 15 Okt 2019 18:17 WIB
Ilustrasi -- Warga Jepang saat dievakuasi dari rumahnya sebelum topan Hagibis menerjang (Kim Kyung-Hoon/Reuters)
Tokyo - Kamp evakuasi di Tokyo, Jepang untuk topan Hagibis dikritik habis-habisan karena menolak masuk dua orang gelandangan. Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, menjanjikan hal semacam itu tidak akan terjadi kembali.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (15/10/2019), staf pusat evakuasi di sebuah sekolah di area Taito, Tokyo menolak masuk dua orang menjelang terjangan topan Hagibis pada Sabtu (12/9) lalu. Kedua orang itu ditolak karena tidak memiliki alamat resmi di area tersebut.


Kedua orang itu dilaporkan merupakan gelandangan. Menurut salah satu dari gelandangan itu, petugas pusat evakuasi tersebut menyatakan kamp pengungsian itu hanya untuk warga area Taito saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anginnya sangat kencang dan saat itu hujan, dan saya ingin mereka membiarkan saya masuk," tutur salah satu gelandangan yang berusia 64 tahun kepada surat kabar Jepang, Asahi. Nama pria gelandangan ini tidak disebut lebih lanjut.


Dituturkan oleh pria gelandangan ini bahwa dirinya tiba di pusat evakuasi pada pagi hari dan diminta untuk menulis nama serta alamatnya. Ketika dia mengatakan dirinya hanya punya alamat di wilayah Hokkaido, Jepang bagian utara, dia ditolak masuk karena dia bukan warga resmi area Taito.

Laporan surat kabar Asahi menyebut pria gelandangan itu akhirnya terpaksa bermalam di bawah payung plastik, dengan sebagian badannya terlindungi oleh atap gedung sekolah tersebut.

Satu pria gelandangan lainnya juga ditolak masuk saat mendatangi pusat evakuasi yang sama pada sore hari.

Laporan otoritas setempat menyebut sedikitnya 66 orang tewas akibat topan Hagibis yang menerjang wilayah Jepang pada Sabtu (12/10) malam waktu setempat, namun tidak ada korban jiwa di Tokyo. Jumlah korban tewas diperkirakan bisa terus bertambah karena para petugas penyelamat masih terus mencari korban hilang.


Penolakan dua gelandangan oleh pusat evakuasi di Tokyo itu memicu kritikan tajam. Banyak warga Jepang mengecam aksi itu dengan menyebutnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

"Apakah ini negara yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade di Tokyo?" demikian bunyi komentar salah satu pengguna Twitter dengan nama @G_takatoshi. "Orang-orang dari luar negeri akan melihat ini dan berpikir ini negara yang buruk," imbuhnya.

PM Abe saat ditanya anggota parlemen dari kelompok oposisi soal insiden tersebut, menegaskan setiap pusat evakuasi harus menerima semua orang.

"Pusat-pusat evakuasi seharusnya membiarkan masuk semua orang yang datang untuk mengungsi. Kami akan mencari faktanya dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan," tegas PM Abe di hadapan parlemen Jepang.


Menanggapi kritikan yang muncul, otoritas area Taito menyatakan akan mengkaji prosedur yang berlaku demi membantu orang-orang tanpa alamat.

"Kami meminta maaf secara mendalam bahwa kami menanggapi orang-orang tanpa alamat dengan tidak pantas sehingga mereka tidak bisa tinggal di dalam pusat penampungan. Kami akan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dan mempertimbangkan langkah-langkah untuk mendukung semua orang saat bencana terjadi," tandas Wali Kota Taito, Yukuo Hattori.

Halaman 2 dari 3
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads