Mereka membuat tempat pembakaran atau insinerator sampah yang diklaim ramah lingkungan. Alat itu dirancang dalam bentuk portabel dengan sistem roda, sehingga bisa dipindahkan kemana-mana.
Cara kerja alat ini cukup sederhana. Berbagai jenis sampah rumah tangga dimasukkan ke dalam drum bekas. Kemudian, drum ditutup oleh plat besi yang telah dipasangi vakum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses pembakaran memang mengandalkan listrik, namun dayanya relatif kecil, yakni 150 Watt atau sekitar Rp 300 untuk satu kali pembakaran dengan durasi 60 menit.
"Asapnya juga tipis, jadi cocok bila digunakan untuk satu RT atau komunitas kecil," ucap Ade saat ditemui detikcom, Jumat (4/10/2019).
"Alat ini juga dilengkapi roda jadi sampah bisa dibakar di tempat yang diinginkan dan tidak menimbulkan bau di lingkungan sekitar," lanjut Ade.
Alat ini bisa menampung sekitar 30 kg hingga 40 kg sampah setiap harinya. Residu atau sisa pembakaran bisa digunakan untuk media tanam pertanian, seperti kaktus dan sekulen.
"Satu drum ini residunya hanya seember ini, kalau delapan kali pembakaran bisa satu karung 25 kg, kemarin dari pembudidaya kaktus ada yang mengambil," ucapnya.
Sementara ini, alat ini belum diproduksi secara massal. Hanya baru digunakan di sekitar lingkungan rumahnya. "Idenya sendiri sudah lama, tapi baru dibuat Agustus kemarin, ujicobanya sekitar dua mingguan," katanya.
Ia berharap, alat yang dibuatnya bisa dikembangkan dengan kapasitas penampungan sampah yang lebih besar.
"Sejauh ini sangat bermanfaat dan bisa berjalan sesuai yang diharapkan tapi memang butuh proses untuk dikembangkan lagi," ujarnya yang sampai saat ini masih meneliti soal kadar dioksin dalam uap pembuangan itu.
Untuk satu alat ia membanderolnya dengan harga kurang dari Rp 5 juta. "Kalau sudah sempurna tentunya mesin ini akan diperbanyak dan dijual untuk digunakan masyarakat lainnya," ujarnya. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini