Pembahasan soal grup WhatsApp ini berawal dari screenshot yang diunggah beberapa pemilik akun Twitter, salah satunya @OneMurtadha. Screenshot grup WhatsApp 'anak STM' itu memperlihatkan percakapan yang menyebutkan anak-anak STM yang mengikuti aksi unjuk rasa di gedung DPR meminta bayaran. Nomor telepon di screenhot WAG itu terlihat jelas tanpa disensor.
Tak lama kemudian, ada netizen yang menelisik nomor-nomor telepon itu dengan aplikasi Truecaller dan Getcontact. Aplikasi ini sejatinya adalah program yang bekerja secara crowdsourcing untuk mengidentifikasi nomor telepon seseorang. Tujuannya, mendeteksi spammer atau telemarketer yang kerap berganti nomor baru setiap kali dideteksi dan diblokir oleh pengguna telepon. Truecaller juga mengumpulkan dan melabeli nomor telepon yang dilaporkan oleh pengguna ke aplikasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data hasil penelusuran sejumlah netizen mengenai nomor-nomor di screenshot yang diunggah akun @OneMurtadha itu memang benar adanya. Jika nama-nama itu ditelusuri menggunakan aplikasi Getcontact, maka akan muncul sejumlah nama yang terkait kata-kata yang terkait dengan polisi. Seperti Satbrimob Polda Jakarta, Opis PMJ, Bripda Eggi Pusdokkes, Rasky Propam, dan lain sebagainya. Memang terbuka kemungkinan ada orang yang sengaja menyimpan phonebook orang dengan nomor tersebut dengan nomor seolah-olah itu merupakan anggota kepolisian.
Di tengah ramainya pembahasan itu, polisi menangkap pihak yang disebut sebagai kreator, admin WhatsApp group (WAG) 'anak STM' yang viral di media sosial. Selain itu, pihak yang disebut sebagai buzzer, yang memviralkan narasi seolah-olah polisi merekayasa tangkapan layar pembicaraan siswa STM pendemo, juga ditangkap.
Mabes Polri pun menegaskan bahwa pemilik nomor-nomor telepon di WAG bukanlah polisi. Polri mengaku sudah memeriksa satu per satu nomor-nomor telepon tersebut.
"Isu yang beredar di kalangan media sosial atau netizen, polisi selaku kreator. Kita lakukan pemeriksaan mendalam satu persatu nomor-nomor yang masuk nomor grup WhatsApp tersebut. Tidak ada nomor polisi, apalagi polisi sebagai kreator (WhatsApp group anak STM/SMK), tidak ada. Saya berharap penjelasan yang kami sampaikan ini bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan netizen," kata Kasubdit II Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Rickynaldo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (2/10/2019).
Rickynaldo juga bicara soal aplikasi Truecaller dan Getcontact yang dipakai netizen untuk menelusuri nomor-nomor telepon tersebut. Menurutnya, munculnya nama di aplikasi itu tergantung nama yang disimpan di ponsel tiap-tiap orang.
"Aplikasi Truecaller itu kan tergantung kita membuat nama di daftar kontaknya apa, sesuai daftar kontak yang dia punya, yang masuk ke dalam situ. Misalnya saya menulis di kontak si A itu tukang ojek, saya pakai Truecaller, si A nanti keluar tukang ojek, padahal belum tentu aslinya dia tukang ojek," paparnya.
Lalu, jika bukan nomor polisi, nomor-nomor yang tertera di grup WA tersebut siapa yang punya? Rickynaldo masih melakukan pendalaman. Bahkan Rickynaldo menyebut nomor dalam screenshot-screenshot yang beredar di media sosial itu belum tentu asli.
"Tentu akan kita lakukan pendalaman, penyelidikan lebih lanjut. Itu kan capture-an belum tentu asli, bukan live, kita lakukan pendalaman kepada capture-an yang ramai di media sosial," ujar Rickynaldo.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini