Ratusan Warga Antre Demi Dapat Air Tradisi Nguras Enceh Imogiri Bantul

Ratusan Warga Antre Demi Dapat Air Tradisi Nguras Enceh Imogiri Bantul

Pradito Rida Pertana - detikNews
Jumat, 27 Sep 2019 11:41 WIB
Tradisi Nguras Enceh di Imogiri, Bantul. Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom
Bantul - Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar tradisi tahunan nguras enceh, atau menguras gentong di kompleks pemakaman Raja-raja Imogiri, Bantul hari ini. Usai prosesi nguras enceh, ratusan warga mengantre untuk mendapatkan air dari enceh tersebut.

Pantauan detikcom, Jumat (27/9/2019), prosesi nguras enceh diawali dengan tahlilan, wilujengan, doa, pengalungan untaian bunga ke enceh, dan pengambilan air oleh abdi dalem. Setelah itu, abdi dalem dibantu warga mengambil air cidukan tersebut, dan setelah enceh penuh dengan air, ratusan warga baru boleh mengambil air dari kurasan enceh tersebut.

Penghageng Puroloyo Kota Gede dan Imogiri, KRT Hastono Ningrat menjelaskan, bahwa ada empat enceh atau gentong yang dikuras hari ini. Keempat enceh itu terdiri dari dua enceh yang masing-masing milik Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Ada empat enceh, Yogya (Kasultanan Ngayogyakarta) sebelah barat, dan yang sebelah timur (Kasunanan) Surakarta. Sebelah barat (gentongnya) dari Palembang dan Aceh, sebelah timur (Kasunanan Surakarta) dari Thailand dan Turki. Enceh-enceh itu hadiah untuk Sultan Agung dan digunakan untuk wudhu," katanya kepada wartawan saat ditemui di Kompleks pemakaman Raja-raja Imogiri, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Jumat (27/9/2019).

Tradisi Nguras Enceh di Imogiri, Bantul. Tradisi Nguras Enceh di Imogiri, Bantul. Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Masing-masing enceh juga mempunyai nama tersendiri, seperti enceh Kasunanan Surakarta bernama Nyai Siyem dan Kyai Mendung. Sedangkan dua enceh Kasultanan Ngayogyakarta masing-masing bernama Kyai Danumaya dan Nyai Danumurti.



"Jadi dulu itu (enceh) untuk wudhu Sultan Agung dan sekarang kita lestarikan di sini (area makam Raja-raja Imogiri). Nah, setiap setahun sekali saat bulan suro di hari Jumat Kliwon, kalau nggak Jumat Kliwon ya Selasa Kliwon kita melaksanakan nguras enceh," katanya.

"Dan ini (nguras enceh) bukan simbol apa-apa, tapi mulai dari dulu, setiap tahun (enceh) dikuras, diganti airnya. Jadi kita sendiri cuma melestarikan yang sudah-sudah," imbuh Hastono.

Terkait banyaknya warga yang mengantre sejak pagi untuk mengambil air kurasan enceh, Hastono mengaku tidak menganjurkannya. Namun, warga memiliki kepercayaan bahwa air tersebut mengandung berkah.

Tradisi Nguras Enceh di Imogiri, Bantul. Tradisi Nguras Enceh di Imogiri, Bantul. Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

"Gimana ya, jadi hanya seperti biar lulus (sekolah) minum air di sana (air dari enceh), ya tergantung keinginan mereka, dan itu pun kita tidak menganjurkan. Karena kalau menganjurkan begitu nanti syirik, kita nggak mau dibilang syirik. Tapi ya dikembalikan ke mereka, monggo (silakan) airnya mau digunakan untuk apa," ucap Hastono.

Ratusan warga tampak mengantre sembari menenteng botol air mineral untuk mendapatkan air dari enceh. Seperti Neni (49), salah seorang warga Kota Yogyakarta yang sengaja datang sedari pagi untuk mendapatkan air tersebut.



"Saya tadi berangkat dari rumah jam 6 pagi, dan baru kali ini saya ikut mengambil air, ini tadi saya mengambil sebanyak tiga botol yang 1,5 literan itu," katanya saat ditemui di Kompleks pemakaman Raja-raja Imogiri.


Lanjut Neni, ia rela mengantre untuk mengambil air tersebut karena ingin mendapatkan berkah yang terkandung dalam air tersebut. Bahkan, Neni berencana mengkonsumsi air yang ia peroleh.

Tradisi Nguras Enceh di Imogiri, Bantul. Tradisi Nguras Enceh di Imogiri, Bantul. Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

"Ya mengambil air ini buat berkah saja, karena kaki saya sakit mas, bekas syaraf kejepit dam kadang kram gitu. Jadi airnya nanti mau saya minum dan saya bagi-bagi untuk anak dan menantu saya di rumah biar jadi lebih baik lagi," ujar Neni.
Halaman 2 dari 3
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads